Sebelum masuk Islam ia menjadi tokoh utama penentang dakwah Nabi shollallohu 'alaihi wasallam. Namun saat bertekad bulat membunuh Nabi shollallohu 'alaihi wasallam, jiwa yang keras itu ternyata luluh oleh lantunan surat Thaha. Gebrakan awal itu langsung ia ceritakan begitu masuk Islam. Saat dakwah Islam dilaksanakan secara diam-diam dan sembunyi, dengan kewibawaan dan ketegasannya ia meminta Nabi shollallohu 'alaihi Wasallam mendakwahi manusia terang-terangan dan terbuka. Sejak itu, sebuah lompatan besar dalam dakwah terjadi.
Firasat dan kecerdasannya diakui oleh Rabbul Alamin. Beberapa kali saat Nabi dan para shahabat berselisih menentukan sebuah keputusan, Allah menurunkan Wahyu yang persis dengan pendapat Umar bin Khattab. Kecintaannya kepada Nabi dan keluarganya begitu besar, dan Nabi pun mendudukkan dirinya sebagai orang yang paling dicintai setelah Abu Bakar As-Shiddiq. Karenanya, saat mendengar Nabi wafat ia berang dan mengancam bunuh siapapun yang mengatakan Nabi telah wafat, sebelum akhirnya Abu Bakar menyadarkannya.
Tampuk kekhalifahan yang diterimanya dari Abu Bakar As-Shiddiq membuat jalannya roda kekhilafahan makin sempurna. Umar merintis penerbitan administrasi kekhalifahan, seperti masa penugasan para tentara yang dikirim berjihad, pengaturan Baitul maal, pengawasan dan evaluasi terhadap para gubernur, dan lain sebagainya. Ia juga rajin turun lapangan, seperti saat menggendong sendiri karung gandum dari Baitul maal ke rumah sebuah keluarga miskin.
Keadilan, kewibawaan dan keagungan Umar bin Khattab harus berakhir di terminal taqdir kematian.
Seorang majusi menusuknya saat shalat, mengakibatkan luka yang harus menghantarkannya ke haribaan Rabb yang mencintai dan dicintainya. Umar bin Khattab adalah legenda panjang perseteruan antara Al Haq dan Al bathil. Kini makam majusi si pembunuh itu menjadi tujuan ziarah utama kaum Syi'ah
Dalam buku Biografi Umar bin Khattab
Defa S Hidayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar