Rabu, 18 Agustus 2021

Yang Disaksikan Hari Ini

 "Media di kendalikan oleh orang yang punya kekuasaan dan uang. Jika orang yang berkuasa dan yang punya uangnya orang yang bobrok, maka bobroklah media. Begitu juga sebaliknya. Semoga Allah menyisakan sebagian diantaranya, meskipun hanya sedikit yang menyampaikan kebenaran dan tidak gentar oleh tekanan orang-orang dzolim yang gemar memberi tekanan." sekitar 18 tahun yang lalu saya mendengarnya dari seseorang yang baik, insyaAllah.

Dan kini, saya menyaksikannya semakin jelas dan nyata.... Menyaksikan suatu negeri di bagian bumi Allah yang mayoritas penduduknya mengaku menyembah Allah tapi banyak dari mereka berlomba menjadi penolong dan pembela para pendusta Allah dengan lisan mereka, dengan sikap mereka, dengan jari jemari mereka. Dengan uang dan kekuasaan yang mereka miliki, mereka membeli keadilan di negeri itu dan berusaha mencabut kebaikan hingga ke akar-akarnya...
Mereka membeli media dan hukum di negeri itu dengan uang dan kekuasaan mereka.
Mereka menekan para ulama yang lantang menyuarakan kebenaran dan keadilan yang berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadits.
Dengan penjara yang mereka beli, dengan pengikut yang mereka beli, dengan penggiringan opini publik dari media yang mereka beli.
Walaa Haula walaa quwwata Illa Billahil 'aliyyil 'adziim...
Sungguh telah buta hati orang-orang yang buta...
Telah keras hati orang-orang yang keras hati...
Telah tajam lidah orang-orang yang mengasahnya dengan hinaan pada agamanya sendiri, pada para ulama dan orang-orang beriman.
Lalu sebagian diantaranya lagi berseru, "kaum muslimin dan para ulama itu harus introspeksi diri, kenapa mereka dihina?"
Demi Allah, mereka yang berkata seperti itu telah berlaku sombong dengan lisan ataupun jari sebagai perantaranya.
Allah sedang menguji orang-orang beriman yang benar dalam cintanya dengan berbagai tekanan dan fitnah keji.
Dan Allah memberi musibah pada mereka yang mengaku beriman namun asyik memperolokkan agama dan saudara-saudaranya sendiri.
Asyik menguliti dan mengunyah daging para ulama dan saudara-saudara seaqidahnya sendiri...
Na'udzubillah tsumma na'udzubillahi min dzaalik
Kemudian saya melihat, keangkuhan demi keangkuhan datang di negeri dengan mayoritas muslim tersebut.
Orang-orang berteriak tentang toleransi dan keberagaman, dan mereka lupa bahwa tanpa teriakan itu, Robb yang katanya selalu mereka ibadahi telah berfirman dalam Al Qur'an yang katanya selalu mereka baca, bahwa toleransi adalah, "lakum diinukum waliyadiin."
Dan tidak ada toleransi dalam aqidah.
Kemudian sebagiannya lagi berkoar menafikan kata kafir yang Allah sematkan bagi orang-orang kafir...
Jika bukan kafir, berarti muslim... Mungkin mereka lupa itu.
Atau jangan-jangan orang munafik, na'udzubillah...
Dan sebagiannya lagi kemudian berteriak dengan kata-kata santun namun menjerumuskan, "para penyeru itu telah memecah belah kita."
Padahal mereka sendiri yang telah memutuskan untuk memecah belah...untuk terpecah belah... Dengan pilihannya bergabung dengan barisan para penista dan pembelanya.
Lalu, ada juga yang berkoar dengan koarannya yang keji dan hina, "lebih baik pemimpin kafir yang bersih daripada pemimpin Muslim yang korup."
Duhai, tanpa membenarkan sebagian yang telah melakukan korupsi di negeri ini.... Darimana mereka mendapat data seperti itu? Siapakah koruptor sebenarnya?
Yaa...itulah mereka, yang menutupi mata dari fakta si koruptor yang merugikan negara trilyunan rupiah kemudian berlari entah kemana...
Lalu mereka masih mengaku muslim dengan pengingkaran mereka sendiri akan ajaran agamanya, "daripada muslim yang korup." kata-kata itu mereka tujukan untuk siapa?
Untuk muslim?
Na'udzubillah atas jari dan lisan seperti itu..
Sahabat,
Itu lah yang terjadi di suatu negeri yang sebagian besar penduduknya katanya beribadah pada Allah...tapi mereka melepaskan imannya secara perlahan hingga akhirnya putus semua ikatannya dengan keyakinannya...
Demi Allah, tak ada satu jengkal tanahpun di bumi ini kecuali DIA pemiliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku dan Buku