Ada 3 perkara yang pahala kebaikannya tidak akan pernah terputus dan akan selalu mengalir meski tubuh kita telah kembali menyatu dengan tanah. Ia adalah anak sholeh, shodaqoh jariyah dan ilmu yang bermanfaat.
Saya, ingin sekali menjadi anak sholehah bagi Mamah dan Apa. Bukan hanya memiliki nama sholihah seperti nama yang selama ini tersemat dalam nama yang diberikan Apa untukku, tapi sholihah dalam sikap, tutur kata, tingkah laku, pola fikir dan semua yang bisa mengarah pada kriteria menjadi anak sholehah.
Selama ini, saya selalu berharap bisa mengukirkan kisah baik Apa dan Mamah dalam pengasuhan kami. Saya ingin mengukir nama Mamah dan Apa dengan jemari dan langkah saya meski pasti akan banyak kekurangan dalam tulisan dan langkah saya disana, saya hanya ingin mengukir nama mereka sebagai bentuk kecintaan saya pada mereka. Agar nanti pahala ilmu yang bermanfaatnya sampai pada mereka..
Jika parenting yang selama ini saya kenal selalu terkait how pengasuhan yang baik untuk anak-anak, disini saya ingin bercerita tentang pandangan dan perasaan serta efek positif parenting dari sudut pandang saya sebagai anak. Saya rasa ini penting untuk pegangan kita (terutama saya) sebagai orangtua agar bisa lebih memahami anak-anak.
Salah satu yang hilang dalam metode parenting yang selama ini saya dengar adalah melihat dan merasakan sudut pandang seorang anak dengan tetap berpegang pada pedoman manfaatnya dikemudian hari. What and how manfaat pendidikan ini buat anak-anak kita nanti.
Atau mungkin saya yang kudet yang kurang tahu perkembangan parenting yang sedang berkembang.hee...
Parenting itu bukan hanya memahami perasaan anak hari ini, bagaimana cara mengasuh dan mendampingi anak agar tumbuh dan berkembang tanpa tekanan yang membuat anak 'tumpul' dan lain sebagainya. Parenting juga haruslah menyentuh visi masa depan seorang anak. Bagaimana manfaatnya untuk anak-anak dimasa depan..
Terutama sekali Aqidah dan orientasi hidupnya kelak.
Pendidikan dan termasuk parenting atau fathering dan mothering adalah proses panjang yang hasil akhirnya adalah Ridho Alloh, jannah. Jadi orientasi hidup seorang anak haruslah akhirat oriented (Ridho Alloh oriented) untuk bisa dikatakan sebagai parenting yang benar (Allohu a'lam).
"Jangan terlalu senang saat seorang anak memiliki prestasi yang luar biasa disebabkan parenting kita yang kita anggap berhasil, tapi ternyata orientasi hidupnya berhenti di sukses di dunia.
Jangan terlalu senang mendapati anak tumbuh optimal, halus tutur kata, baik budi pekerti, tapi tidak mengenal Tuhannya.
Jangan terlalu senang saat mendapati anak kita sukses seperti paradigma kebanyakan orang tentang arti sukses didunia, tapi dia tidak senang berkhalwat dengan Robbnya dan memilih untuk jauh darinya. "
Quantity time memang sangat penting dilakukan, tapi bukan hal yang utama. Jika selama ini orang beranggapan kebersamaan antara anak dan orang tua itu semacam meet face to face, saya yang hanya bertemu apa seminggu sekali dengan kuantitas waktu yang tidak banyak tetap merasakan kebersamaan lewat do'a-do'a yang pasti selalu apa haturkan untuk kami. Tanpa sosok fisiknya, kami tahu Apa selalu ada untuk kami.
Sosok Mamah yang selalu ada sepanjang waktu bersama kami dan sikap khidmat mamah atas apa adalah bukti cinta yang tak kan dapat kami balas dengan apapun.
Perlakuan Apa yang sangat istimewa pada mamah kami, serta rizki halal dan thoyyib yang selalu apa usahakan dalam menafkahi kami adalah bukti cinta untuk kami.
Dakwah ilal haq dan semua kebaikan yang beliau lakukan adalah bukti cinta yang paling konkret yang Apa lakukan untuk kami.
Telepon-telepon yang senantiasa menanyakan kabar kami dan ibadah kami adalah bukti cinta selanjutnya.
Sikap tegas beliau dalam menjaga kami dari api bahkan sekedar percikan api neraka adalah bukti cinta yang paling besar bagi kami, beliau berusaha menjaga fithrah kami sebagai muslim sebagai bentuk kethaatannya pada Robbul 'aalamin dan cintanya pada kami.
Dan kemudian saya yakin, bahwa ketika orangtua berusaha tunduk patuh pada penciptanya, berusaha menebar benih-benih kebaikan pada ummat, bukan hanya sekedar 'ngeukeupan' kami tapi tetap memeluk kami dalam do'a yang pastinya senantiasa terpanjat, itu menjadi salah satu metode parenting paling efektif..
Tentu saja, hal ini tidak bisa disama ratakan bagi semua orang, bagi semua anak. Tapi teladan yang diberikan orang tua, serta keistiqomahan dan cinta serta kethaatannya pada Robbul 'aalamin tetaplah 'senjata' utama dan paling utama dalam pengasuhan.
Anak yang memiliki waktu yang banyak bersama ayah yang mendurhakai Allah mah sama saja mencelakai dirinya.
Orang tua yang senang berghibah, tidak pernah mentafakkuri ayat-ayat Allah, hanya memikirkan kebaikan dan 'isi perut' keluarganya sehingga abai pada tetangga dan kerabatnya, orangtua yang durhaka pada ibu bapaknya, yang tidak mau menghubungkan tali silaturahim bahkan memutuskannya, orang tua yang tidak bisa menjaga amalan-amalan untuk akhiratnya, tidak mencintai anak yatim sebagaimana di contohkan RosulNYA, enggan berzakat berinfak serta shodaqoh, dan bentuk-bentuk kedurhakaan yang lain, orangtua yang seperti itu bukanlah orangtua yang mencintai putra-putrinya. Pada Alloh saja dia durhaka, bagaimanakah lagi pada anak-anak dan istrinya ?
Wahai orang yang berstatus orangtua (terutama saya sendiri), ta'atilah Alloh dengan sebenar-benar ketha'atan. Jangan jadikan akalmu sebagai Tuhanmu.. Robbmu hanyalah Alloh Robbul 'aalamin, Robb yang tiada sekutu bagiNya.
Janganlah kecondongan hatimu membuatmu lalai dari mengingat Alloh. Dari thaat padaNya dan dari menjadikan DIA sebagai satu-satunya tujuan hidupmu.
Didiklah anak-anakmu untuk mengenal Alloh, tuntun dia untuk menjadikan Alloh selalu ada dalam setiap helaan nafasnya. Akan menjadi apapun dia nanti, semoga hatinya senantiasa terpaut pada dzikrulloh.
***
Apa, mungkin putrimu ini belum menjadi putri sholihah yang do'anya sampai padamu, tapi putri Apa ini tidak akan berhenti karena kemungkinan seperti itu. Semoga Alloh Ridho atas kita... Mencintai dan menyayangi Apa dan Mamah sebagaimana kalian menyayangi dan mendidikku diwaktu kecil, mengampuni dosa-dosa kita.
Apa, mamah... Cinta ini tidak cukup, bakti ini tidaklah seberapa, amat sangat jauh dibanding cinta dan refleksi cinta Mamah dan Apa untuk kami.
"Robbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa Robbayaani shogiiro."
Catatan :
Apa : panggilan saya untuk Ayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar