:: Merasa paling benar ::
Merasa paling benar.
Benarkah?
Bolehkah?
Di atas perbedaan dalam hal apapun, kata-kata ini biasanya menyeruak tinggi ke permukaan. "Jangan merasa paling benar sendiri !"
Saya tidak setuju dengan ucapan seperti itu.
Hmm... Boleh kaaan jika saya memilih tidak setuju? Heee..
Why tidak setuju?
Begini yaa.. Ini saya sebenarnya. Maksud saya, saya pernah mengalaminya, namun saya lupa lagi tepatnya kapan.
Dulu saya pernah mengucapkan kata-kata itu juga pada orang lain yang berbeda pendapat/pandangan dengan saya, "jangan merasa paling benar !".
Namun disaat yang sama, saat itu justru saya sedang merasa diri paling benar.
Saya meminta dan bahkan menjudge orang lain egois dengan 'merasa paling benar', tapi ternyata disaat yang bersamaan telunjuk itu ternyata saya tujukan juga pada diri saya sendiri.
" ah itumah Defa aja yang gitu... Da sayamah nggak. Saya murni mengingatkan agar kita bisa saling menghormati."
Hmm... Mungkin juga. Mungkin itu mah saya aja yang ternyata begitu. Tapi, yakin niiiiiih???
Yaaaakiiin kamu juga enggak begitu? Hee... Ni maksa pisan nya?!..
"Nak, kamu harus yakin dengan apa yang kamu lakukan, dan kamu siap bertanggung jawab untuk itu.!" ini ucapan yang sering saya ucapkan pada anak-anak saya.
Lalu apa hubungannya?
Yakin dengan apa yang kita lakukan artinya kita percaya kalau yang kita lakukan benar.
Terutama sekali dalam memegang Dien ini...
"Don't worry what they Said about ,(maksud saya para pencaci), tapi Allah telah berfirman bahwa innaddiina indallohil islam, bahwa agama yang paling benar di sisi Allah adalah Islam. Waman yattabi' ghoirol islaama diinaan falan yuqbala minhu wahuwa fil aakhiiroti minal khoosiiriin. Hanya yakinlah pada firman Allah, mereka yang mengatakan semua agama benar adalah khoosiiriin, orang-orang yang merugi." ini juga yang saya katakan pada anak-anak.
Keyakinan akan Dien itu harus mengakar kuat, tidak boleh setengah-setengah, tidak boleh memunculkan anggapan bahwa semuanya sama.
Tidak, Dien yang kita pegang itu tidaklah sama. Ia mengajarkan Al wala dan Al bara yang sering para pencaci abaikan. Dien ini, Dien yang paling benar di sisi Allah.
Jadi, kalau ada seseorang yang mengaku dirinya muslim, tapi mengatakan, "semua agama pada prinsipnya sama saja."
Atau tegas dan tajam bahkan kasar pada kaum muslimin as saudara seaqidahnya sendiri, namun berlemah lembut pada orang-orang kuffar, saya katakan pada anak-anak, "cukup bermua'amalah sebagaimana seharusnya manusia bermua'amalah, namun abaikan dia untuk hal-hal lainnya! Prinsipmu dan prinsip mereka jelas tidak nyambung !"
Saya, ibu 'egois' yang sedang menularkan virus merasa paling benar sendiri tanpa harus mengatakan ,"saya benar kamu salah." atau, "jangan merasa paling benar."
Kembali ke laptop... Eh HP, saya menulis ini di HP suami, bukan di laptop yang semalaman melantunkan tilawah dengar speaker lembut di kamar Aufa...hee...
Saya dulu pernah atau sering mengatakan, "jangan merasa paling benar!" namun sekali lagi, saat itu saya justru seolah sedang mengatakan, "kamu jangan merasa paling benar, kamu itu salah, saya yang benar."
Akhirnya saya putuskan untuk tidak lagi mengucapkan kata-kata itu dalam kehidupan saya sehari-hari.
Cukuplah bagi kami to do something, do the best what we can to do. Dan tentu saja, ilmu dan Yakin dengan apa yang di lakukan menjadi syarat utama. Dan semoga Allah memasukkan kami dan Anda dalam golongan Mukhlisin..
Merasa paling benar, that must.
Oh ya, saya sedang bicara tentang aqidah yaaa... Bukan yang lain.
Tentang memegang Dien, bukan yang lain...
"Innaddiina 'indallohil Islam."
Wilujeng enjing, shahabat ☺🙏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar