Belajar
Menulis Di KMO (bagian 3)
Tugas di materi pertama membuat ikrar menulis
dan menjadi penulis dan mengazzamkan untuk menerbitkan buku yang best seller
pada tanggal 9 Juni 2021 M. Muluk sekali bukan? Ataukah terlalu cepat?
Saya punya cerita
tersendiri tentang alasannya, insyaAllah bukan sekedar nulis atau sekedar
menggugurkan tugas. Saya benar-benar bertekad untuk menerbitkan buku saya
sendiri di tanggal dan tahun itu, itulah kenapa selama masa pandemi ini saya
seolah menyibukkan diri dengan mengikuti berbagai macam pelatihan kepenulisan
baik itu free atau berbayar. Saya juga menulis lebih banyak dan lebih sering di
banding sebelumnya, terlepas dari kualitas tata bahasa dan tata kata yang saya
miliki. Kenapa? Saya ingin menerbitkan buku di tanggal bulan dan tahun yang
saya tulis di tugas ikrar saya.
Kenapa di tanggal itu?
Salah satu dari sekian banyak waktu yang saya miliki, 9 juni memiliki
sejarahnya sendiri. Pada tanggal dan bulan itu Allah ganti status saya dan
tambah amanah baru yang awalnya membuat saya seolah sesak tak bernafas saat
menyadarinya, "Saya menjadi istri seseorang, sekarang.". Ya, itu hari
yang istimewa yang awalnya membuat saya menangis namun akhirnya menjadi hal
yang tak lepas dari jurnal syukur saya. Itulah kemudian waktu yang ingin
saya abadikan juga menjadi hari pertama saya punya buku dengan nama saya
tercatat sebagai penulisnya.
Buku tentang apa? saya
sendiri tidak tahu, saya belum memiliki materi untuk buku yang saya azzamkan
itu. Yang ada di benak saya hanya bahwa saya ingin menulis buku yang membawa
manfaat bagi banyak orang dan menerbitkannya di tanggal dan bulan serta tahun
sekian, selebihnyamah masih dalam tataran angan dan skenario di kepala.
KMO membangkitkan
semangat saya, membuat saya merasa kalau impian saya tak kan lagi sekedar omong
kosong belaka. Saya akan menjadikannya kenyataan insyaAllah..
"Bagi seorang pejuang, setelah ia
memastikan memulai sesuatu berjalan, maka ia akan memastikan dirinya sampai
pada garis finish." Kalimat yang disampaikan Kang Tendi Murti ini sangat
berkesan, bahwa bagi seorang pejuang, setelah ia memastikan memulai sesuatu
berjalan, maka ia akan memastikan dirinya sampai di garis finish. Apakah
menerbitkan buku finish perjuangan saya? bukan, itu bukan finish perjuangan
saya. Saya ingin meninggalkan jejak pemikiran yang baik bagi generasi saya,
bagi anak cucu saya, menerbitkan satu buku tentu tak cukup untuk jejak itu dan
finish perjuangannya adalah Allah Ridha atas niat dan amal yang saya usahakan.
Karena sayatak tahu apakah Allah Ridha atau sebaliknya, karenanya Finish
perjuangannya tak kan berhenti saat saya masih di beri kesempatan bernafas.
Well, selanjutnya saya ingin berbagi
materi kedua yang tak kalah menariknya dengan materi pertama. Kalau ada yang
bertanya, “asyikan yang mana, materi pertama atau kedua?” Saya pastikan tak
bisa memilih satu di antara kedua materi itu, karena keduanya membuat saya bisa
duduk dan diam manis menyimak kalimat demi kalimat materi yang disampaikan.
Sampai jam 10 malam lebih bahkan sampai materi berakhir saya masih asyik
mempelajari materinya.
Materi ini dilaksanakan pada
malam minggu terakhir di tahun 2020. Itu artinya, materi selanjutnya kita sudah
masuk di tahun yang baru. Tahun baru? Hati saya kenapa jadi berdebar seperti
ini ya?! Tahun baru, tahun 2021, kemana saja saya selama ini sampai waktu
sepanjang ini tapi saya merasa ,”kok tiba-tiba?” masyaAllah hasbunalloh
wani’mal wakiil ni’mal maulaa wa ni’man nashiir, Demi Rabbku yang jiwaku berada
dalam genggamanNya ,semoga Allah ampuni setiap khilaf dan dosa, pintaku.
Tapi waktu ini masih berjalan,
saya harus bergegas, beranjak dari sesal dengan amal dan niat yang baik karena
Allah. Saya tak boleh mendekap sesal yang semakin erat nantinya, saya harus
bangkit, bergerak untuk menjejak amal kebaikan. Bismillahirrahmaanirrahiim,
semoga Allah Ridha dengan niat saya menulis dan belajar menulis ini.
Buku Apa Yang Menginspirasi Untuk Menjadi
Penulis?
Kang Anhar, pemateri kami hari itu yang juga
Kepsek KMO akademi ini, beliau bertanya tentang buku yang menginspirasi. “Buku
apa yang menginspirasi teman-teman hingga ingin menjadi penulis?”
Okay, saya sangat suka pertanyaan
ini. Kalaulah saya di beri kesempatan untuk menguraikan alasannya langsung pada
Kang Anhar tentang buku yang saya tulis sebagai buku yang memotivasi, tentu
akan saya sampaikan dengan panjang kali lebar kali tinggi alasannya. Tapi saat
itu saya hanya tulis kalau saya terinspirasi oleh buku Beranda Harish karya
Ummi Neny Suswati.
Dari sekian banyak buku yang
pernah saya baca, dari sekian banyak penulis yang akhirnya membuat saya
memiliki banyak sekali penulis idola, buku Beranda Harish adalah buku yang
membuat saya membuncah dengan rasa, “saya ingin menulis, saya ingin mengukir
nama anak-anak saya seperti ummi Neny mengukir nama Harish. Saya ingin menulis
seperti ummi menuliskan kebaikan ini.”
Bagi saya, itu sangat keren.
Keseharian anak, tingkah polah nya yang... semua anak pasti punya ceritanya
sendiri, tapi di tangan Ummi Neny, semua itu menjadi kisah yang menarik dan
abadi. Bukankah tulisan akan tetap abadi? Suatu saat memory kita mungkin butuh
waktu lama untuk mengingat bagaimana anak-anak kita saat mereka kecil dulu, dan
buku kisah mereka menjadi pengingat yang baik sekaligus khobar kepanjangan
lisan kita untuk berkisah, “seperti inilah saat kamu kecil, nak.” masyaAllah,
itu sangat luar biasa.
Dada saya berdebar sejak hari
itu, saya ingin menulis dan menjadi penulis.
Namun jika ada yang bertanya
siapa yang meninspirasimu untuk menulis dan menjadi penulis? Akan saya uraikan
kisah panjang lain dengan Ayah sebagai tokohnya. Disini akan saya ceritakan
sekilas tentang Ayah yang menjadi inspirasi saya untuk menulis dan menjadi
penulis.
Ayah saya seorang penulis. Beliau
salah satu perintis sebuah majalah islam berbahasa sunda, majalah “Bina Da’wah”
dimana beliau disana sebagai redaktur sekaligus penulis tetap di salah satu
rubriknya, “Gerentes Hate.”. Selain menulis, beliau menyampaikan majalah itu
dari pintu ke pintu, dimulai dari rumah saudara-saudaranya, lalu
sahabat-sahabatnya dan meluas ke lingkup lainnya. Beliau memang menyukai
silaturahim dan mencintai aktivitas berdakwah, ud’uu ilallaah dengan cara
seperti itu seolah hal yang ... tak sulit untuk beliau. Beliau di terima dengan
sangat baik oleh semua yang beliau temui dan satu hal yang pantang beliau
lakukan bagi buku nya, beliau tidak menawari orang lain untuk membeli buku
sebelum beliau sendiri yang menyampaikan apa yang tertulis di dalam buku. Ah,
saya menangis mengingat itu.. sekarang saya menangis kembali mengingatnya. Itu
bentuk kecintaan yang besar kepada Islam, kepada jalan dakwah dan pada buku
yang kemudian menjadi salah satu sarana dakwah beliau.
Setiap pulang ke rumah, saya
mendapat tugas membacakan catatan yang beliau tulis di kertas buram sebelum beliau
tulis kembali di mesin tik tua beliau. Sebuah mesin tik yang beliau simpan di
meja tulis/meja kerja beliau yang kami simpan di depan jendela taman rumah
kami, letaknya tepat di depan kamar Ayah. “Dede, bacakan ini untuk Apa*!”
itulah tugas saya, saya akan membacakan tulisan Ayah dan Ayah menuliskannya
kembali di mesin tik nya.
Di kemudian hari, saya di beri
kesempatan menuliskan catatan Ayah di mesin tik itu. Semua itu membuat saya
mencintai dunia tulis menulis, membuat saya mencintai aksara dan menikmati
setiap baris aksara hingga akhirnya saya terbiasa menulis meski hanya di buku
catatan harian.
Hey, bukankah saya akan
berkisah sekilas tentang Ayah yang menginspirasi saya untuk menulis? Rindu dan
cinta membuat saya hanyut dalam tulisan, menyampaikan sedikit kisah tentang
Ayah yang membuat saya mencintai aktivitas membaca dan menulis dan
menginspirasi saya untuk menulis.
Ide Dan Tema
Materi keren yang kami dapat
malam itu that is about Ide. Memang apa sih yang keren dari materi itu? Banyak
orang yang enggan atau ciut saat menulis dengan alasan nggak punya ide. Bukan
hanya itu, alih-alih menulis malah sibuk cari ide, padahal ide itu cukup dengan
“peka”. Ya, yang menarik dari materi ini adalah kami di ajak untuk peka. Peka
dalam hal apa?
Cari ide kan? Ya itu dia, kita
belajar peka dan melihat sekeliling kita yang masyaAllah dari sanalah kita akan
mendapatkan semua ide yang kita butuhkan itu hingga finally kita tak perlu
jauh-jauh cari ide. Hee.. maksudnya, kita tak perlu beralasan nggak punya ide
atau kehilangan ide untuk menulis apalagi sampai enggan berbagi ilmu karena
khawatir kehilangan ide. (saya lagi nulis apa ini teh ..hee).
Sebelumnya kami di ajak berkenalan dulu
dengan definisi ide, “Ide menurut KBBI (daring), diartikan sebagai gagasan;
cita-cita; rancangan yang tersusun di dalam pikiran.
“ide /idé/ n rancangan yg tersusun di dlm pikiran; gagasan; cita-cita: ia mempunyai
— yg bagus, tetapi sukar dilaksanakan”.”
Ide itu rancangan atau gagasan yang
tersusun dalam pikiran. Secara harfiah, itu mudah difahami kan? Ya, sangat
mudah difahami tapi tak mudah saat di tuangkan dalam kata-kata.hee
Lalu beliau juga mengajak kami berkenalan
dengan tema yang menjadi materi bersamaan dengan ide , “Sedangkan tema jika merujuk lagi ke KBBI (daring):
“te•ma /téma/ n pokok pikiran; dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sbg
dasar mengarang, menggubah sajak, dsb): — sandiwara ini ialah “yg keji dan yg
jahat pasti akan kalah oleh yg baik dan mulia”;
ber•te•ma n mempunyai tema: perkembangan seni vokal yg ~ “serius” mulai
dapat bernapas kembali;
ber•te•ma•kan v berdasarkan (berlandaskan) tema: pesta olahraga itu ~ “di
dlm badan terdapat jiwa yg sehat.””
Gampangnya, ide itu bentuk umum dari tema
Ide timbulnya sering dadakan, pas kita lagi nggak siap
Selain definisi di atas, tema bisa juga diartikan:
1. Dasar sebuah cerita atau pandangan hidup yang membangun gagasan utama dalam
suatu karya sastra.
2. Sesuatu yang menjadi persoalan atau pikiran utama.
3. Pokok pikiran.
4. Central idea (ide utama) dan central purpose (tujuan utama) dalam sebuah
cerita yang diterangkan dengan cara yang sederhana.
5. Gagasan umum atau dasar cerita dari sebuah novel.
Ide maupun tema kalau nggak cepat-cepet ditangkap, akhirnya malah
menguap dan hilang lagi
Namun, sekarang saatnya kita yang memancing ide biar gak lepas
mulu
Gimana caranya?” Urai Kang Anhar panjang
lebar.. nah, anda tertarik kan dengan materi yang saya ulas kembali disini?
Hee.. saya saja masih terkesan setiap kali membaca dan saat menuliskannya
kembali hari ini. Senang sekali akhirnya ‘terjebak’ di KMO.
Ngomong-ngomong tentang ide, bagaimana sih biar nggak lepas mulu? Saat
itulah Kang Anhar cerita tentang caranya. Bagaimana caranya? PEKA. Hanya 4
hurup itu yang kita butuhkan. Hanya 4 huruf sih, tapi aplikasinya masyaAllah
luar biasa sekali.
“Sebenarnya cukup menjadi
orang yang peka agar bisa memancing ide dan tema keluar.” Kata
Kang Anhar. Aha, cukup menjadi orang yang peka. See, bukankah peka itu juga
butuh belajar lagi. Sebenarnya setiap orang memiliki akses untuk menjadi orang
yang peka, namun yang menjadi masalah adalah serngkali kita menutup akses itu
dengan alasannya masing-masing, akhirnya, “mau nulis, tapi nggak punya ide.”
Nah kaaan, so mari belajar untuk menjadi orang yang peka. Menjadi orang yang
peka bukan hanya untuk memudahkan kita mendapat ide dan tema, tapi insyaAllah
bisa melembutkan hati.
Tasikmalaya, 4 Januari 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar