Senin, 04 Januari 2021

Belajar Di KMO (bagian 3)


Belajar Menulis Di KMO (bagian 3)

    Tugas di materi pertama membuat ikrar menulis dan menjadi penulis dan mengazzamkan untuk menerbitkan buku yang best seller pada tanggal 9 Juni 2021 M. Muluk sekali bukan? Ataukah terlalu cepat? 

       Saya punya cerita tersendiri tentang alasannya, insyaAllah bukan sekedar nulis atau sekedar menggugurkan tugas. Saya benar-benar bertekad untuk menerbitkan buku saya sendiri di tanggal dan tahun itu, itulah kenapa selama masa pandemi ini saya seolah menyibukkan diri dengan mengikuti berbagai macam pelatihan kepenulisan baik itu free atau berbayar. Saya juga menulis lebih banyak dan lebih sering di banding sebelumnya, terlepas dari kualitas tata bahasa dan tata kata yang saya miliki. Kenapa? Saya ingin menerbitkan buku di tanggal bulan dan tahun yang saya tulis di tugas ikrar saya.

      Kenapa di tanggal itu? Salah satu dari sekian banyak waktu yang saya miliki, 9 juni memiliki sejarahnya sendiri. Pada tanggal dan bulan itu Allah ganti status saya dan tambah amanah baru yang awalnya membuat saya seolah sesak tak bernafas saat menyadarinya, "Saya menjadi istri seseorang, sekarang.". Ya, itu hari yang istimewa yang awalnya membuat saya menangis namun akhirnya menjadi hal yang tak lepas dari jurnal syukur saya. Itulah  kemudian waktu yang ingin saya abadikan juga menjadi hari pertama saya punya buku dengan nama saya tercatat sebagai penulisnya.

     Buku tentang apa? saya sendiri tidak tahu, saya belum memiliki materi untuk buku yang saya azzamkan itu. Yang ada di benak saya hanya bahwa saya ingin menulis buku yang membawa manfaat bagi banyak orang dan menerbitkannya di tanggal dan bulan serta tahun sekian, selebihnyamah masih dalam tataran angan dan skenario di kepala.

     KMO membangkitkan semangat saya, membuat saya merasa kalau impian saya tak kan lagi sekedar omong kosong belaka. Saya akan menjadikannya kenyataan insyaAllah..

    "Bagi seorang pejuang, setelah ia memastikan memulai sesuatu berjalan, maka ia akan memastikan dirinya sampai pada garis finish." Kalimat yang disampaikan Kang Tendi Murti ini sangat berkesan, bahwa bagi seorang pejuang, setelah ia memastikan memulai sesuatu berjalan, maka ia akan memastikan dirinya sampai di garis finish. Apakah menerbitkan buku finish perjuangan saya? bukan, itu bukan finish perjuangan saya. Saya ingin meninggalkan jejak pemikiran yang baik bagi generasi saya, bagi anak cucu saya, menerbitkan satu buku tentu tak cukup untuk jejak itu dan finish perjuangannya adalah Allah Ridha atas niat dan amal yang saya usahakan. Karena sayatak tahu apakah Allah Ridha atau sebaliknya, karenanya Finish perjuangannya tak kan berhenti saat saya masih di beri kesempatan bernafas.

 

      Well, selanjutnya saya ingin berbagi materi kedua yang tak kalah menariknya dengan materi pertama. Kalau ada yang bertanya, “asyikan yang mana, materi pertama atau kedua?” Saya pastikan tak bisa memilih satu di antara kedua materi itu, karena keduanya membuat saya bisa duduk dan diam manis menyimak kalimat demi kalimat materi yang disampaikan. Sampai jam 10 malam lebih bahkan sampai materi berakhir saya masih asyik mempelajari materinya.

    Materi ini dilaksanakan pada malam minggu terakhir di tahun 2020. Itu artinya, materi selanjutnya kita sudah masuk di tahun yang baru. Tahun baru? Hati saya kenapa jadi berdebar seperti ini ya?! Tahun baru, tahun 2021, kemana saja saya selama ini sampai waktu sepanjang ini tapi saya merasa ,”kok tiba-tiba?” masyaAllah hasbunalloh wani’mal wakiil ni’mal maulaa wa ni’man nashiir, Demi Rabbku yang jiwaku berada dalam genggamanNya ,semoga Allah ampuni setiap khilaf dan dosa, pintaku.

    Tapi waktu ini masih berjalan, saya harus bergegas, beranjak dari sesal dengan amal dan niat yang baik karena Allah. Saya tak boleh mendekap sesal yang semakin erat nantinya, saya harus bangkit, bergerak untuk menjejak amal kebaikan. Bismillahirrahmaanirrahiim, semoga Allah Ridha dengan niat saya menulis dan belajar menulis ini.

    Buku Apa Yang Menginspirasi Untuk Menjadi Penulis?

     Kang Anhar, pemateri kami hari itu yang juga Kepsek KMO akademi ini, beliau bertanya tentang buku yang menginspirasi. “Buku apa yang menginspirasi teman-teman hingga ingin menjadi penulis?”

    Okay, saya sangat suka pertanyaan ini. Kalaulah saya di beri kesempatan untuk menguraikan alasannya langsung pada Kang Anhar tentang buku yang saya tulis sebagai buku yang memotivasi, tentu akan saya sampaikan dengan panjang kali lebar kali tinggi alasannya. Tapi saat itu saya hanya tulis kalau saya terinspirasi oleh buku Beranda Harish karya Ummi Neny Suswati.

    Dari sekian banyak buku yang pernah saya baca, dari sekian banyak penulis yang akhirnya membuat saya memiliki banyak sekali penulis idola, buku Beranda Harish adalah buku yang membuat saya membuncah dengan rasa, “saya ingin menulis, saya ingin mengukir nama anak-anak saya seperti ummi Neny mengukir nama Harish. Saya ingin menulis seperti ummi menuliskan kebaikan ini.”

     Bagi saya, itu sangat keren. Keseharian anak, tingkah polah nya yang... semua anak pasti punya ceritanya sendiri, tapi di tangan Ummi Neny, semua itu menjadi kisah yang menarik dan abadi. Bukankah tulisan akan tetap abadi? Suatu saat memory kita mungkin butuh waktu lama untuk mengingat bagaimana anak-anak kita saat mereka kecil dulu, dan buku kisah mereka menjadi pengingat yang baik sekaligus khobar kepanjangan lisan kita untuk berkisah, “seperti inilah saat kamu kecil, nak.” masyaAllah, itu sangat luar biasa.

     Dada saya berdebar sejak hari itu, saya ingin menulis dan menjadi penulis.

     Namun jika ada yang bertanya siapa yang meninspirasimu untuk menulis dan menjadi penulis? Akan saya uraikan kisah panjang lain dengan Ayah sebagai tokohnya. Disini akan saya ceritakan sekilas tentang Ayah yang menjadi inspirasi saya untuk menulis dan menjadi penulis.

    Ayah saya seorang penulis. Beliau salah satu perintis sebuah majalah islam berbahasa sunda, majalah “Bina Da’wah” dimana beliau disana sebagai redaktur sekaligus penulis tetap di salah satu rubriknya, “Gerentes Hate.”. Selain menulis, beliau menyampaikan majalah itu dari pintu ke pintu, dimulai dari rumah saudara-saudaranya, lalu sahabat-sahabatnya dan meluas ke lingkup lainnya. Beliau memang menyukai silaturahim dan mencintai aktivitas berdakwah, ud’uu ilallaah dengan cara seperti itu seolah hal yang ... tak sulit untuk beliau. Beliau di terima dengan sangat baik oleh semua yang beliau temui dan satu hal yang pantang beliau lakukan bagi buku nya, beliau tidak menawari orang lain untuk membeli buku sebelum beliau sendiri yang menyampaikan apa yang tertulis di dalam buku. Ah, saya menangis mengingat itu.. sekarang saya menangis kembali mengingatnya. Itu bentuk kecintaan yang besar kepada Islam, kepada jalan dakwah dan pada buku yang kemudian menjadi salah satu sarana dakwah beliau.

     Setiap pulang ke rumah, saya mendapat tugas membacakan catatan yang beliau tulis di kertas buram sebelum beliau tulis kembali di mesin tik tua beliau. Sebuah mesin tik yang beliau simpan di meja tulis/meja kerja beliau yang kami simpan di depan jendela taman rumah kami, letaknya tepat di depan kamar Ayah. “Dede, bacakan ini untuk Apa*!” itulah tugas saya, saya akan membacakan tulisan Ayah dan Ayah menuliskannya kembali di mesin tik nya.

     Di kemudian hari, saya di beri kesempatan menuliskan catatan Ayah di mesin tik itu. Semua itu membuat saya mencintai dunia tulis menulis, membuat saya mencintai aksara dan menikmati setiap baris aksara hingga akhirnya saya terbiasa menulis meski hanya di buku catatan harian.

      Hey, bukankah saya akan berkisah sekilas tentang Ayah yang menginspirasi saya untuk menulis? Rindu dan cinta membuat saya hanyut dalam tulisan, menyampaikan sedikit kisah tentang Ayah yang membuat saya mencintai aktivitas membaca dan menulis dan menginspirasi saya untuk menulis.

    Ide Dan Tema

    Materi keren yang kami dapat malam itu that is about Ide. Memang apa sih yang keren dari materi itu? Banyak orang yang enggan atau ciut saat menulis dengan alasan nggak punya ide. Bukan hanya itu, alih-alih menulis malah sibuk cari ide, padahal ide itu cukup dengan “peka”. Ya, yang menarik dari materi ini adalah kami di ajak untuk peka. Peka dalam hal apa?

    Cari ide kan? Ya itu dia, kita belajar peka dan melihat sekeliling kita yang masyaAllah dari sanalah kita akan mendapatkan semua ide yang kita butuhkan itu hingga finally kita tak perlu jauh-jauh cari ide. Hee.. maksudnya, kita tak perlu beralasan nggak punya ide atau kehilangan ide untuk menulis apalagi sampai enggan berbagi ilmu karena khawatir kehilangan ide. (saya lagi nulis apa ini teh ..hee).

    Sebelumnya kami di ajak berkenalan dulu dengan definisi ide, “Ide menurut KBBI (daring), diartikan sebagai gagasan; cita-cita; rancangan yang tersusun di dalam pikiran.

“ide /idé/ n rancangan yg tersusun di dlm pikiran; gagasan; cita-cita: ia mempunyai — yg bagus, tetapi sukar dilaksanakan”.

     Ide itu rancangan atau gagasan yang tersusun dalam pikiran. Secara harfiah, itu mudah difahami kan? Ya, sangat mudah difahami tapi tak mudah saat di tuangkan dalam kata-kata.hee

     Lalu beliau juga mengajak kami berkenalan dengan tema yang menjadi materi bersamaan dengan ide , “Sedangkan tema jika merujuk lagi ke KBBI (daring):

“te•ma /téma/ n pokok pikiran; dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sbg dasar mengarang, menggubah sajak, dsb): — sandiwara ini ialah “yg keji dan yg jahat pasti akan kalah oleh yg baik dan mulia”;

ber•te•ma n mempunyai tema: perkembangan seni vokal yg ~ “serius” mulai dapat bernapas kembali;

ber•te•ma•kan v berdasarkan (berlandaskan) tema: pesta olahraga itu ~ “di dlm badan terdapat jiwa yg sehat.”

     Gampangnya, ide itu bentuk umum dari tema

Ide timbulnya sering dadakan, pas kita lagi nggak siap

Selain definisi di atas, tema bisa juga diartikan:

1. Dasar sebuah cerita atau pandangan hidup yang membangun gagasan utama dalam suatu karya sastra.

2. Sesuatu yang menjadi persoalan atau pikiran utama.

3. Pokok pikiran.

4. Central idea (ide utama) dan central purpose (tujuan utama) dalam sebuah cerita yang diterangkan dengan cara yang sederhana.

5. Gagasan umum atau dasar cerita dari sebuah novel.

Ide maupun tema kalau nggak cepat-cepet ditangkap, akhirnya malah menguap dan hilang lagi

Namun, sekarang saatnya kita yang memancing ide biar gak lepas mulu

Gimana caranya?Urai Kang Anhar panjang lebar.. nah, anda tertarik kan dengan materi yang saya ulas kembali disini? Hee.. saya saja masih terkesan setiap kali membaca dan saat menuliskannya kembali hari ini. Senang sekali akhirnya ‘terjebak’ di KMO.

    Ngomong-ngomong tentang ide, bagaimana sih biar nggak lepas mulu? Saat itulah Kang Anhar cerita tentang caranya. Bagaimana caranya? PEKA. Hanya 4 hurup itu yang kita butuhkan. Hanya 4 huruf sih, tapi aplikasinya masyaAllah luar biasa sekali.

     Sebenarnya cukup menjadi orang yang peka agar bisa memancing ide dan tema keluar.” Kata Kang Anhar. Aha, cukup menjadi orang yang peka. See, bukankah peka itu juga butuh belajar lagi. Sebenarnya setiap orang memiliki akses untuk menjadi orang yang peka, namun yang menjadi masalah adalah serngkali kita menutup akses itu dengan alasannya masing-masing, akhirnya, “mau nulis, tapi nggak punya ide.” Nah kaaan, so mari belajar untuk menjadi orang yang peka. Menjadi orang yang peka bukan hanya untuk memudahkan kita mendapat ide dan tema, tapi insyaAllah bisa melembutkan hati.

    

Tasikmalaya, 4 Januari 2021


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh