Minggu, 31 Januari 2021

Ibu Yang Khawatir

 Tidak seperti yang saya sampaikan tadi malam, saya tidak jadi membawa Umar ke dokter karena beberapa sebab. Alih-alih memeriksakannya ke dokter, saya justru memintanya menyimpan dan tidak menyentuh gawai serta beraktivitas fisik yang banyak dan berjemur di bawah sinar matahari pagi. Saya memintanya ikut lari bersama Abi nya di lapangan tanjung kerta lalu membantu saya berkebun di pekarangan rumah sambil berjemur sampai berkeringat. 

"Umar tadi di traktir batagor sama jasuke." dia bercerita saat saya sedang menanam kucai di galengan tambak adik saya, Fitri. Mamah yang berdiri tepat di samping saya tersenyum mendengar cerita Umar. 

"Ummi, di sini mau di pelakan ikan lele?" tanyanya

 "ummi tidak tahu, Nak." saya menjawab sambil tetap melanjutkan menanam kucai yang masih tersisa, "memangnya kenapa Nak?" saya balik bertanya.

"Kirain Bi Ifit mau join an sama wa Totong  buat melihara ikan Lele." Jawabnya tenang. Dia sebenarnya sedang mengajak saya becanda, candaannya kadang memang terkesan flat tapi saya tetap menyukai saat dia melontarkan humor nya, tidak apa meski flat yang penting saya tetap bisa melihat dia masih memiliki ide untuk melemparkan candaan, tidak apa kalimatnya pendek-pendekj yang penting saya tetap bisa mendengarnya berkisah.

Lalu kenapa saya tidak jadi membawanya ke dokter? Sungguh saya sedang menjadi Ibu yang khawatir, saya tidak tahu apa yang membuat Umar tadi malam muntah hingga ada sedikit darah, saya hanya tahu ada yang harus saya lakukan untuk merawat Umar sebagai bentuk ikhtiar saya. Saya akan merawat Umar seperti saat dia sakit sebelumnya dengan cara saya. Jika ada yang berkesempatan membaca ini mungkin saja akan tidak setuju dengan cara saya, tapi sebagai seorang ibu saya di didik untuk mengambil keputusan dan yakin dengan keputusan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pra PKKMB