H-11
"Kok sudah H-11 saja? artinya sudah semakin dekat. How can i...?" saya tidak meneruskan kalimat kegalauan saya karena pasti bukan waktu yang tepat, waktu pasti akan menghapus air mata, dan sebagai ibu, saya harus kuat.
Pagi ini saya siapkan singkong goreng untuknya, dia sedang muroja'ah dan bersiap menyetorkan hafalan kepada Ustadzah via VCall WA saat saya ketuk kamarnya. Duhai saya akan kehilangan dan merindukan momen ini.. Tapi bagaimana lagi, langkah dan harinya bukan untuk di sini, masa depannya berada di sana, dan sebagai ibu, saya harus kuat.
"Ummi bingah bisa angkat dan main sama teteh, terima kasih sudah mau ikut ummi." Sore itu dia menggenggam jemari ini yang katanya jadi kecil sambil berjalan bersama ke warung mang Obri di dekat Masjid Al Ali. Saya bahagia saat bisa berjalan bersamanya seperti itu, salah satu impian saya saat anak-anak besar adalah bisa berjalan bersama seperti itu. Momen itu akan lama untuk terwujud kembali, saya akan menangis dengan kerinduan. Tapi sebagai Ibu, saya harus kuat.
"Teteh, kita pulangnya jalan kaki yuk! Ummi ingin punya moment lebih lama lagi sama teteh. Kalau naik mobil atau motormah nyampe rumahnya cepet, kalau jalan kaki mah kita bisa ngobrol lebih lama. Ummi bisa bareng sama teteh lebih lama." Dia mengangguk mengiyakan meski jarak dari puskesmas ke rumah kami bukanlah jarak yang dekat. Dia, gadis kecil kami yang selalu memahami isi hati kami bahkan meski tak kami ucapkan, memeluk kami dengan empati dan memandang jauh ke dalam sorot mata kakmi untuk menembus melihat seperti apa keadaan kami, dia tak perlu kata tapi cukup dengan melihat untuk memeluk kami. Ah akan seesak hati saat ia tidak ada, tidak ada lagi yang berkata, "teteh tahu apa yang ummi rasakan." atau, "teteh tahu abi sedang sedih karena teteh mau pergi.". Kami akan mulai mengais rindu kembali, akan ada rinai yang kembali menderas. Tapi sebagai ibu, saya harus kuat.
Saya memang tak sekuat itu, bahkan meski azzam telah diikrarkan, hati ini tetap hati seorang Ibu. Bagaimana hati seorang ibu? ia menangis tapi ia Ridha, ia sesak tapi ia ikhlas melepas, ia terluka tapi ia berlapang hati.
#hatiibu untuk #aufa_13y #perjalananaufa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar