Selasa, 16 Maret 2021

Terpeleset

Saya pernah terpeleset di teras belakang rumah kakak, Qodarulloh terburu-buru membuat saya terpeleset dengan banyak luka di telapak tangan kiri, seluruh tubuh bagian kiri sampai leher dan kepala.

Sakit? Sangat, subhanallah saat itu saya menangis. Sambil mencuci luka di tangan dengan banyak darah dan tanah terutama di telapak tangan dan lengan, saat itu saya juga menangis. Bukankah sunnatulloh saat kita menangis karena sakit yang dirasakan?! 

Olin kecil dengan tubuhnya yang sudah tak kecil lagi mengusap airmata dan kerudung coklat muda yang saya kenakan dari tanah yang menempel, dia memeluk saya erat dan berusaha menenangkan saya dengan tangan kecilnya yang terus mengusap lembut pipi dan kepala saya.

Sesaat saya lupa, saya seorang ibu yang terkadang suka jaim tidak mau terlihat lemah di depan anak-anak ( :D ). Dan Olin kecil membantu saya mengingatkan kembali dengan caranya yang istimewa, bahwa sesekali kita butuh menangis dan tidak apa-apa jika kita menangis di depan anak-anak kita.
Bahwa seringkali kita butuh 'rangkulan hangat' dari orang-orang yang kita cintai saat kita terjatuh. Dia juga mengajarkan saya akan pentingnya empati saat melihat orang lain terluka.

Ya, saya salah karena tidak hati-hati saat berjalan saat itu. Ah tidak, saya tidak berjalan tapi sedikit berlari karena mual yang saya rasakan. Saya bersalah, tapi Olin kecil mengingatkan saya untuk memberikan pelukan kehangatan tanpa perlu mengingatkan saya akan ketidakhati-hatian saya. Dia membantu saya mengingat akan kesalahan saya tanpa banyak kata.

Subhanalloh...
Betapa banyak pelajaran hidup yang bisa kita gali, pelajari dan ambil dari keseharian dan perjalanan hidup anak-anak. 

Saya malu saat menyadari akan jauhnya perbedaan saya dan mereka dalam menghadapi kondisi seperti itu.

Seringkali kita di posisi orang tua lebih sering menyalahkan anak-anak saat mereka terjatuh. Dengan alasan khawatir dan cinta kita salahkan mereka dengan kata-kata yang tak jarang menambah luka bagi mereka."Tuh kan, ibu bilang juga apa, kamu sih nggak mau nurut, jadinya jatuh kan..." atau kata-kata lain yang semisal. 

Jatuh atau terjatuh lalu menangis untuk kembali bangkit dan berdiri bukanlah hal yang tabu ataupun tidak boleh. Ada saat kita jatuh meski kita sudah sangat berhati-hati, ada saat anak-anak kita jatuh karena beberapa sebab, lalu kita dan mereka bangkit dan berdiri lagi. Adakalanya kita menangis karena luka yang kita rasakan saat kita terjatuh. 
Semua orang pernah mengalaminya, dan seperti halnya ujian hidup lainnya, jatuh pun bisa menjadi jalan kemuliaan ataupun justru menghinakan kita. 

Eh ieu teh nyerat naon? Sapertosnamah curhat..hee

Oh ya, kembali tentang cerita jatuh. Butuh sekian hari untuk pulih dari sakit karena terpeleset apalagi terpelesetnya tergolong berat (katanya sih begitu..hee..).
Melihat area lukanya memang tergolong agak berat, seluruh tubuh saya sangat sakit. Sulit menengok, sulit menggerakkan tangan dan beberapa kesulitan lainnya membuat saya menyadari akan nikmat Allah yang sering terlupakan.

Telunjuk yang sulit digerakkan membuatnya berduka saat mengingat ia yang seolah disia-siakan saat sehatnya.
Leher yang sulit menengok kiri kanan mulai berduka mengingat ia yang seolah-olah disia-siakan saat sehatnya, banyak sholat Sunnah yang terlewat sedang Allah tlah memberi banyak kesempatan diwaktu ia sehat. 
Lengan yang sulit di gerakkan membuatnya berduka mengingat ia yang kurang berkhidmat dan mengerjakan banyak kebaikan.
Kaki yang sulit dipakai untuk lama berdiri membuatnya berduka mengingat ia yang dulu kurang lama berdiri dalam sholat saat sehatnya..

Ah, sehat yang menjadi terasa mahal dan dirindukan..

Lalu sakit menjadi duka yang dalam?
Bahkan meski berduka dalam sesaat, ia tidak boleh hadir terlalu dalam..
Karena sakit adalah pengingat
Sakit adalah muhasabah
Sakit adalah sarana evaluasi diri
Sakit adalah ladang amal dan paha
Dan sakit adalah alarm paling tidak enak yang justru membawa banyak berkah kebaikan dan mudah-mudahan jadi penggugur dosa.

Alhamdulillah ... Sekian hari kemudian Allah pulihkan tubuh saya dari cedera itu.
Dan saya semakin teringat akan sakit yang dialami saudara-saudara saya di Palestina , di Suriah, di Rohingya, dan dibelahan bumi lainnya...
Katanya cedera saya lumayan agak berat, tapi tidak, cedera yang saya alami amat sangat ringan... Saaangat ringan hingga Allah izinkan saya untuk istirahat dan kembali pulih. Tapi yang di alami saudara-saudara kita di bumi jihad disana, mereka terluka, mereka berdarah... Dibawah desingan bom dan peluru....

Allohummanshur muslimiina fii kulli makaaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh