Saya menangis setiap kali menulis surat, saya juga menangis setiap kali ngpack paket, bukan nangis sedih tapi menangis bahagia. Bahagia dengan kebahagiaan teteh saat mendapati surat yang dirindukan dan membacanya dengan antusias.
Apa kabar sahabat?
Qodarullah 2 orang terkasih di uji sakit, PMS sendiri sedang menjadi alasan yang membuat mager. Pengennya diam tidak melakukan apa-apa, pas ingat cucian dsb mah nggak mungkin berdiam diri. Alhamdulillah ada asisten yang bisa diandalkan 🤠Dua pemuda yang sigap turun tangan membantu dengan kalimat istimewa, "apa yang bisa dibantu?". MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi..
Balananjeur mendung, tadinya mau kirim paket hari ini tapi tetiba ingat ada kaos kaki teteh yang tertinggal. Buka storage kaos kakinya yang sudah 6 bulan tidak pernah dibuka, ambil 3 kaos kaki teteh dan saya putuskan untuk mencucinya dulu sebelum nanti dikirim.
Qodarullah cuacanya mendung dan kaos kaki masih basah. Abang yang masih sakit nanya, "kita kirimkan paketnya sekarang ya?"
Saya menggeleng pelan, "kenapa? Ummi sudah tulis surat cintanya kan?" Lanjutnya dengan pertanyaan lainnya, dia memang sering menyebut surat yang saya tulis sebagai surat cinta.. Oh so with me ðŸ¤
"Kaos kaki nya masih basah."
Mungkin bukan perkara besar, tinggal beli yang baru lalu kirim pasti lebih cepat tapi kami memilih mengirimkan yang sudah ada. Baiklah kondisi hari-hari ini memang harus serba memilah, dampak pandemi menjadi ujian yang sangat luar biasa.
Dalam surat kali ini saya bercerita tentang kebakaran yang terjadi di pasar ciawi, tentang shodaqoh dan ladang dakwah. Saya juga bercerita tentang beberapa kisah kematian yang kematiannya justru membuatnya tetap hidup.
Kematian yang membuatnya hidup? Nanti saya tuliskan kisahnya di blog juga.
Saya juga bercerita tentang hal-hal lainnya seperti tangkal ki hujan yang kini sudah di tebang sebagian dan pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah itu; menghilangkan rasa kepemilikan. Juga tentang pohon belimbing dengan senyuman sepupunya, tentang telur ayam yang lebih besar dari biasanya dan hal-hal lainnya.
Menulis surat selain menjadi sarana transfer ilmu juga menjadi pengikat ingatan saya dan dia; bahwa saya ada. Selain itu, berkisah lewat surat juga cara saya memancingnya untuk tak segan bercerita pada saya. Seperti selalu saya katakan padanya, "teteh bebas bercerita apa saja pada Ummi. Ummi akan dengan senang hati mendengarnya."
Karena teteh kadang suka bingung kalau mau berbagi kisah teh, jadi harus dipancing dulu buat cerita. Caranya? Saya mulai dulu dengan cerita.
Kenapa saya tuliskan disini? Saya meyakini ini bukan hal buruk untuk dibagi.
Kembali menulis dengan mata agak kabur, dada pun sangat nyeri padahal hanya duduk tapi terasa ngalanggeong begini. Qodarullah.
Namun teringat janji Allah yg selalu membuat jiwa berbinar, bahwa rasa sakit akan menggugurkan dosa. Walau nyeri mungkin tdk akan hilang tetapi sakit bisa dipilih akan hadir atau tergantikan.
Alhamdulillah 'alaa kulli haal.
Balananjeur, 18 Agustus 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar