Membuka memori kembali apa saja yang kira-kira masih tersimpan sebagai luka agar bisa menyembuhkan luka sendiri. Tapi sampai DL berakhir pun nggak kepikiran juga, "apa yang mengendap sebagai luka?"
Namun sejak hari itu tetap berusaha membuka file kenangan, saya tidak mau menyimpan endapan luka sedikitpun.
Membuka bukan berarti saya menjebak diri saya sendiri dalam lingkar masa lalu atau kisah duka namun justru untuk menyembuhkannya.
How can? Membuka lembar luka itu sendiri, mengingat seperti apa yang dirasakan saat itu, menuliskannya.
Membaca kembali tulisan itu lalu mengingat kembali apa yang dirasakan.
Menuliskannya dengan kacamata orang ketiga. Jadi, misal saya terluka karena suatu hal nah dihari pertama saya tuliskan keseluruhan perasaan saya itu. Contoh, "kalimat yang kudengar hari ini terasa menusuk jantungku.. Dst." Uraikan semua rasa tanpa sedikitpun yang ditutupi, luapkan saja dalam kata.
Trus simpan, esoknya baca lagi tulisan tersebut. Apa yang kita rasakan saat membaca tulisan itu? Tuliskan kembali perasaan kita saat membaca ulang tulisan tersebut!
Apakah perasaannya masih sama terlukanya seperti saat mengalaminya? Seperti apapun rasanya, tuliskan saja! Hmm saran saya sih jangan khawatir tulisannya di baca orang lain, santai saja!
And then, endapkan lagi tulisan itu!
Baca lagi dan tuliskan kembali apa yang dirasakan saat membacanya.
Masihkan ada luka? Masihkah ada kesal? Jangan risau untuk menuliskan apapun, saat merasa marah, akui kalau kita marah. Ingat, jangan memvonis diri sendiri, fokus pada membuka memori buruk dan menyembuhkannya!
Next, baca lagi tulisan itu dan menulislah dalam kacamata orang ketiga. Misal, "Hari itu Dede mengatakan kalau dirinya terluka dengan kalimat yang dia dengar. Menurutnya kalimat itu sangat buruk untuk didengar hingga membuatnya.... dst." Anggap diri kita adalah orang lain yang sedang menuliskan mereview diri kita sendiri.
Tulis seobjektif mungkin!
Oh well, saya mulai menemukan luka yang mengendap dan sepertinya sudah cukup lama mengendap disana.
Bagaimana cara mencari luka? Melalui sesi muhasabah. Oh wait, saya tidak mau menyimpan luka karena khawatir nya berpotensi menjadi penyakit hati yang tidak terdeteksi. Membuka luka itu dan menyembuhkannya menjadi sarana tazkiyatunnafs versi saya.
Luka ada karena dilukai, bukan? Artinya ada seseorang yang melakukannya. Baik itu hanya perasaan kita saja atau memang benar dilukai, menyimpan luka berpotensi menyimpan rasa kesal pada orang lain. Dan di akhirat kelak, itu pasti akan berat pertanggung jawabannya .
Balananjeur, 18 Agustus 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar