"Kok nggak empati banget sih?" Itu yang ada di benak saya waktu itu. Saya ibu beberapa balita, ngurus ini itu sendirian eh tetiba ada yang berkomentar, "rumahnya kok berantakan, beberes atuh!" Ucapannya sih nggak langsung tapi nyelekitnya sampai ke dasar hati..
Oh well, itu dulu, tahu kan ibu-ibu yang masih punya balita, gimana lelahnya ngurus anak, rumah, suami dll ditambah harus denger komentar yang rasanya kok enggak enak banget didengar 🤭
Ya, itu dulu. Saya juga pernah merasa tidak enak mendengar kalimat seperti itu atau yang menjurus kesana karenanya selalu mengingatkan diri sendiri untuk tidak mudah mengomentari orang lain apalagi sampai ngasih label negatif.
Masih dalam tahap mengingatkan diri sendiri sih, belum benar-benar berhasil 😌🥺.
Oh ya, saya mau nulis apa ini teh ya 🤔
Sekarang anak-anak sudah bertambah besar, sudah mulai faham kondisi tubuh juga, InsyaAllah sudah nggak baperan lagi. Rumah memang sudah nggak sekapal pecah seperti waktu anak-anak kecil, tapi tetap ada saat berantakan.. Kalau kondisi tubuh memungkinkan buat beres-beres maka bisa beres-beres, tapi kalau tubuh tidak memungkinkanmah saya memilih untuk membiarkan berantakan, saya juga sudah terbuka menerima bantuan dari suami dan anak-anak.
Dulu mah selalu bilang, "No, i'll do it." Setiap kali mau dibantu teh, sekarang sudah lebih mafhum kondisi. Kalau sakit ya istirahat, nggak boleh memaksakan diri. Trus gimana nanti kata orang? Hey, hidup kita tidak bergantung apa kata orang, jadi berhentilah menyandarkan diri pada, "apa kata orang tentang saya?"
#ceritadefa
Balananjeur, Jum'at, 29 Oktober 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar