Sabtu, 30 Oktober 2021

Saat Tahu Sakit

Saat mengetahui ada suatu penyakit yang termasuk penyakit berat dan berbahaya, saya merasa dunia saya hancur. Ada banyak rencana yang seolah hancur lebur seketika, saya tidak tahu apa yang harus dan bisa saya lakukan. Semua seolah gelap.. 

Kesal saat mendengar ada yang mengucap kata, "sing sabar atuh!" 
Dia tidak tahu bagaimana rasanya lalu dengan mudah mengucap kata sing sabar atuh! Kalimat perintah itu memekakan telinga.. 

Andai kalimat itu semisal, "Semoga Allah sabarkan dan kuatkan!" Tentu penerimaannya akan lebih baik. 

Sungguh pemilihan kata berdampak besar bagi yang mengatakan atau mendengar ataupun membaca.. Apalagi pada ia yang sedang ditimpa musibah. 

Sekian lama mengumpulkan energi dan berusaha menerima sakit sebagai bagian dari kisah hidup yang harus dijalani. Sering tiba-tiba drop bahkan tanpa aba-aba, berusaha agar tak banyak orang yang tahu sakit apa atau kondisi sebenarnya. Sekian lama belajar memahami kondisi tubuh dan menerimanya.. 

Sampai akhirnya saya mulai belajar untuk pasrah dan menerima ketentuan Allah, belajar untuk bersyukur dengan apa yang ada termasuk kondisi tubuh, belajar untuk ikhlas dan belajar untuk mencari cara agar setiap detik usia tetap bermakna. 

Mungkin saja hingga saat ini semua usaha itu belum benar-benar memperlihatkan hasilnya, namun yang pasti hari ini saya mulai faham kapan saya harus menepi dan mengambil jeda, kapan saya bisa berjalan atau berlari. 

Saya akan diam saat merasa waktunya diam meski hati ingin berlari, dan saya tidak akan diam saat saya yakin itu waktunya saya berlari. 

Saya mulai merubah banyak pola: pola pikir, pola hidup dan pola makan. Saya ingin sehat, tubuh saya mungkin saja sakit, kalau boleh saya katakan sangat sakit hingga sering berulang kali tak sadarkan diri saat menahan sakitnya. Namun, saya tidak ingin memiliki hati dan pikiran serta waktu yang sakit.. Saya tidak ingin usia yang sakit, usia yang tidak memiliki arti kecuali sekedar pernah hidup dan menjadi bagian dari masyarakat tempat saya tinggal atau sekedar ada dalam ingatan orang-orang yang mengenal saya, "oh iya, dede ya." Hanya itu.. 

Saya ingin ada kebaikan yang bisa dilakukan, kebaikan yang menjadi rantai kebaikan yang tiada terputus meski jasad tlah menyatu dengan tanah. 

Tubuh saya mungkin sangat sakit , tapi saya akan menjadi Dede yang medeka dalam berpikir dan bersikap. Merdeka itu bukan hidup sakahayang sorangan tapi tetap dengan aturan ya sahabat. 

Saat tubuh saya sakit sekalipun, saya InsyaAllah akan tetap bahagia dan meyakini ada kebaikan dalam sakit yang dirasakan. 

Balananjeur, Sabtu, 30 Oktober 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh