Rabu, 03 November 2021

Bayangan

Saat anak-anak masih kecil, saya membayangkan hari di mana bisa duduk tenang di pagi hari. Dengan buku, segelas coklat panas dan musik alam yang menenangkan. 

Hari itu penuh kesibukan, mulai dari menyiapkan sarapan dan persiapan anak-anak berangkat ke sekolah. Setelah mereka berangkat di susul dengan tumpukan baju kotor, seisi rumah yang artistik hasil karya anak-anak, pekerjaan rumah yang tiada habisnya. 

Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, kembali menyiapkan makan siang untuk anak-anak dan tak terasa anak-anak sudah pulang dan bersiap dengan agenda selanjutnya. 

Hari itu saya membayangkan pagi di mana saya bisa duduk tenang dengan buku dan segelas coklat panas. Di kursi ruang tamu atau di samping rumah sambil berjemur. 

Hari itu semua di hari esok terbayang akan tenangnya, namun saya tidak suka berhayal terlalu jauh dan memilih menikmati waktu karena saya merasa akan ada hari dimana saya akan menangisi semua di hari itu; tangis rindu. 

Kemudian hari, Allah berikan kesempatan itu, kesempatan untuk menikmati pagi dengan buku dan segelas coklat panas. Awalnya di iringi isak karena tidak terbiasa dan merasa sangat kehilangan, serasa ada sesuatu yang bukan saya. Saya pun mulai beradaptasi dengan sesekali mengingat bait kenangan yang terlintas, menjadikannya harta yang paling berharga dan berjalan melintasi hari ini dengan tekad baru, tekad untuk lebih baik; sebagai hamba, sebagai istri, sebagai ibu dan juga anak. 

"Lakukan yang membuatmu bahagia di hari ini!" Pesan Abang sebelum berangkat ke sekolah, menyadari istrinya sedang kembali berkawankan beratnya tekanan darah yang kembali tinggi membuatnya merasa harus berpesan seperti itu. 

"Istirahat, jangan kerjakan pekerjaan rumah apapun itu, lakukan hal yang membahagiakan hatimu!" 

Biasanya kalau tekanan darah mulai diluar kontrol teh langsung ambil jeda buat menepi. Diam sejenak dan tadabbur serta membaca buku, saya tidak tahu cara lain selain ini. 

Apa kabar, sahabat? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh