Pertanyaan ini selalu jadi bahan obrolan kami kala senggang.
Selalu berarti sering? Ya, karena manusia sering lupa, dan kami menyadari bahwa kami juga seperti itu, sering lupa, jadi harus sering diingatkan atau saling mengingatkan.
Jadi, mendidik anak teh untuk apa? Untuk siapa?
Sesuai tekad awal dan bahkan sesuai amanah yang seharusnya, mendidik anak itu bukan untuk kita atau untuk mereka, tapi untuk dan karena Allah.
Kalau untuk dan karena Allahmah kriteria pendidikan, visi, misi dan sebagainya yang berhubungan dengan pendidikan itu sendiri haruslah sesuai aturanNya. Bukan aturan kita, ataupun aturan orang-orang yang suka mengatur, apalagi aturan orang-orang yang bahkan tidak tunduk dan berserah diri pada Allah.
Jadi teringat ucapan Bu Ika Rais beberapa tahun yang lalu. Postingan beliau terasa menampar dan membuat saya malu pada ikrar saya sendiri. Saya lupa lagi redaksi kalimat utuhnya seperti apa, yang saya ingat kurang lebih ibu sholihah yang kini sedang tholabul Ilmi di Mesir itu menulis, "homeschooling untuk menjaga aqidah anak-anak tapi mengambil rujukan dari orang-orang kafir?" atau kalimat yang serupa dengan itu (lupa lagi kalimat utuhnya ..hee)...
Waktu membaca itu, dulu, saya menangis tersedu. Malu.... Maluuuuuu sekali.
Malu pada ikrar saya untuk menjaga aqidah anak-anak.
Malu pada cinta saya yang sepertinya tidak utuh pada yang seharusnya...
Sungguh, saya ingin mencintai dengan benar dan ingin menghindari sesuatu dengan benar, karena DIA. Bukan karena rasa atau ego saya semata, bukan juga karena perkiraan saya semata.
Jadi, mendidik anak teh untuk apa? Untuk siapa?
Abdi, #defa_s_Hidayat
Sonten ieu nuju nyareungan Umar nu Nuju teu damang disareungan ku aa Quthb nu nembe dongkap ti pondok, sareung de Olin nu nuju nyobian bedak Baruna, sareung Aufa nu nembe dongkap ti madrosah Al Furqon #balananjeur_12012017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar