Takut pisan terjebak ghibahin atau berbuat namimah makanya milih untuk mempersempit ruang gerak saking khawatirnya dengan lisan tak bertulang ini.Eh tapi ternyata peluang buat ngghibah tetap terbuka lebar bagi si jemari apalagi saat hati berisik bilang, "sekali-kali nggak apa-apa lah!" Atau pembenaran, "ini bukan ghibah,ini buat ibrah saja." Atau, "kita sendiri juga pada dighibahin,nggak apa-apa mungkin yaaa kalau sekali-kalimah kita yang ngghibahin." Dan masih banyak rayuan pembenaran yang lain sampai membuat standar sendiri apa itu ghibah dan apa itu namimah.
Auto lihat-lihat lagi semua catatan,khawatir ada catatan yang berpotensi menjadi warisan ghibah atau namimah atau hal-hal yang berpotensi menjadi jariyah keburukan.Berusaha meluruskan niat tapi tidak tahu akhirnya akan seperti apa padahal baik niat maupun akhir sama pentingnya.Niat nulis karena Allah tapi kalau tidak dijaga niatnya maka nulispun jadi kebablasan and then akhirnya apa?Bukannya watawaa shoubilhaqqi watawaa shoubishshobri tapi malah ngajak orang untuk membincangkan keburukan orang lain atau mengajak untuk tahu aib orang.Na'udzubillahi min dzalik.
Ternyata yang harus dibenahi itu bukan hanya yang tampak misal cara berpakaian biar eye catching,eh geuning naha eye catching 🤠akhlak dan adab yang perlu terus dijaga dan diperbaiki agar semakin baik setiap harinya, catatan sebagaimana ucapan juga perlu dibenahi dan dibersihkan dari hal-hal yang potensi membawa madharatnya lebih besar,nah yang tidak terlihat pun seperti isi hati dan isi kepala,keduanya tetap perlu dibenahi dan terus dijaga agar tidak banyak berulah dan membenarkan perilaku ghibah dan juga namimah.
Berbuat baik itu untuk kita sendiri,kelak akan menjadi hujjah atas diri kita.Beralasan membalas luka dengan cara ngghibahin orang bukan hal yang elok dilakukan seorang muslimah yang berazzam Inna sholaati wanusukii wamahyaaya lillahi Robbil 'aalamiin.
#odopramadandefa1443
#harikeduapuluhenam
Balananjeur, Rabu, 27042022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar