Kamis, 14 April 2022

Bagian 5

Kami putuskan untuk tidur sebentar di teras lantai 2 masjid yang selalu kami singgahi setiap kali kami menjenguk teteh, namun lagi-lagi saya lupa nama masjid ini, saya melihat plang nama di depan tapi saya lupa lagi. Saya kesulitan mengingat nama apapun..

Setiap 5 menit terbangun untuk melihat jam, "waktu sahur masih lama, sayang. Tidurlah dulu dengan! Nanti Abi bangunkan." Ujar lelaki yang beberapa saat lalu memesankan nasi ayam kremes dan meminta saya untuk makan, "Sejak berbuka, ummi hanya minum seteguk air. Makanlah sayang!" Ah, sejak beberapa hari ini saya memang sedang agak kesulitan menelan makanan. Lambungnya selalu protes dan menolak makanan apapun. Tidak lapar ataupun merasa ingin makan sesuatu.

"Tidur dulu ya Mi!" Kembali dia memintaku untuk tidur, katanya nanti ia yang akan membangunkan saya. 

"Sayang, aku hanya khawatir Abi terlambat sahur." Akhir-akhir ini saya memang sering khawatir terutama khawatir kesiangan dan membuat kakang dan anak-anak tidak sahur. Katanya kekhawatiran seperti ini biasa terjadi pada ibu-ibu di bulan puasa. Ada kebahagiaan tersendiri saat menyaksikan mereka menyantap sahur yang terhidang. MasyaAllah..

Tetap saja setiap 5 menit kembali terbangun dan mengecek jam. Sampai tepat jam 3.30 saya ambil hp dan mengirimkan pesan WA buat Aa, Adik dan de Olin menanyakan sekaligus mengingatkan mereka untuk sahur. Awalnya saya tlp tapi hp nya tidak aktif, mungkin mereka masih tidur jadi saya putuskan untuk mengirim pesan wa saja.

Jam 04.08 kami sahur berdua diteras lantai 2 masjid ini. Saya sudah terbiasa diajak 'bertualang' jadi tak masalah kalau harus tidur dimanapun atau makan apapun (asal halal dan thayyib). Untungnya mamah membuatkan nasi timbel jadi kakang bisa sahur dengan nasi timbel dan ayam goreng yang dibelinya sebelum maghrib. Saya sendiri memilih alpukat dan air putih sebagai menu sahur.
Tapi karena kakang terus menerus menyodorkan roti isi, saya pun mengambilnya sepotong karena lambung yang tidak muat banyak makanan.

Adzan subuh mulai berkumandang dari toa masjid ini, terasa bergetar menembus ulu hati. Ada bait harapan terpanjat kala adzan berkumandang. Bukankah salah satu waktu terbaik berdoa adalah saat adzan berkumandang? Dan kenikmatan kita adalah saat berdoa, adapun terkabul atau tidaknya biarlah itu menjadi haqNya. Cukuplah bagi kita berbahagia saat berdoa, saat mengakui kelemahan diri kita dihadapan sang pencipta, saat bermunajat dan muroqobah denganNya.

Denting waktu berlalu cepat.Nak,kami disini untukmu.

Bogor, 13 April 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh