Sabtu, 07 Mei 2022

Day 126

1.

Seseorang mengirimiku pesan bertanya, "bagaimana kabar anak-anak? Sehat-sehat yaa semuanya." 

MasyaAllah laa Haula walaa quwwata Illaa billah, ini pertanyaan yang paling membahagiakan bagi saya di hari ini. Sungguh maha baik Allah yang tlah menghadirkan kalimat yang baik bahkan saat penanya sendiri pun tidak tahu bahwa itu kalimat yang membahagiakan bagi saya.

"Apa kabar anak-anak? Sehat-sehat yaa semuanya." Sesuatu yang pernah membuat saya menangis dan memilih tak lagi bercerita pada orang-orang terdekat karena kalimat kecil yang membuat saya berpikir bahwa mereka tidak ingin tahu kabar lalu hari ini ada seseorang yang .. hmm sebenarnya sangat rutin bertanya kabar anak-anak. 

MasyaAllah sungguh ukhuwah menyatukan yang terserak, tak ada ikatan darah dalam ukhuwah. Sebagaimana seseorang yang menganggap anak-anak ini seperti keponakannya sendiri. MasyaAllah sungguh itu perhatian yang luar biasa..

Saya mulai menyadari bahwa bagi ibu, pertanyaan seputar kabar anak adalah kabar bahagia untuknya. 

Salah satu keponakan saya pernah mengatakan bahwa saya bibi yang kalem dan lembut, nyatanya saya akan bersikap diluar kelembutan itu saat itu tentang anak-anak.

MasyaAllah Ibu..
Sungguh luar biasa menjadi ibu ..



2.

Awalnya saya sangat menghindari bahasan ini, menghitung waktu seringnya terasa menyesakkan dan yang sesak dari semua itu adalah diri yang merasa kurang dalam memberi perhatian.

"Sudah sangat maksimal, Mi." Ujar anak-anak. Namun tetap saja, ibu menangisinya.

Namun saat-saat mengembalikan semua pada posisinya tetaplah harus dilakukan, ibu akan kembali mendekap rindu hingga tahun depan menjadi suatu kemestian. Rindu adalah pasti, tangis juga tak bisa dihindari, dan melepas dengan ikhlas dan Ridha adalah lebih baik bagi mereka.

2 Minggu lagi anak-anak akan kembali, ini menjadi bahasan kami hari ini. Bahasan yang pada awalnya saya hindari namun mau tidak mau tetap digulirkan dalam tema percakapan, lebih tepatnya menyiapkan ibu yang mudah menangis.

"Baiklah, kalau begitu kita diskusikan persiapan dan rencana keberangkatan nanti." Tetap saja meski diiringi hari yang basah, lisan tetap mengucap perencanaan dan persiapan. Saya tidak suka melakukan sesuatu dengan tanpa rencana dan persiapan, anak-anak memahaminya.

MasyaAllah anak-anakku sayang, sungguh ummi ikhlas dan Ridha atas kalian.



3.
Makan ramen bertiga bersama Aa Quthb dan de Olin disamping teteh yang tertidur menjadi agenda siang ini.

"Aa nggak pernah makan kayak gini kalau di kost an mah nya A?"

"Aa kalau makan mie pasti sendirian ya A?" 

"Aa makan mie nya pakai nasi nggak, A?"

Sulung yang sekarang sering melontarkan joke ini menanggapi dengan gelak tawa, "ummi selalu ingin tahu semua tentang Aa ya A. Well, i am your fans." Hal ringan yang tetap saja membuat kami tertawa.

"Nilai UTS nya dah pada keluar, belum? Ummi pengen lihat." 
Dia memperlihatkan email yang berisi file nilai UTS, "MasyaAllah tabarokalloh shalih.. hmm anak siapa sih ini? Pinter banget MasyaAllah." Saya berseru senang, berharap ia tahu bahwa saya peduli dan bahagia atas pencapaian dan prestasi nya.

Berharap ia tahu? Ya, bagi saya penting bagi anak-anak untuk tahu bahwa saya peduli pada apapun yang berkaitan dengan mereka. Penting bagi anak-anak untuk tahu bahwa saya bahagia atas pencapaian dan keshalihan mereka, tahu apa yang saya pikirkan dan rasakan tentang mereka. 

Alasannya? Nanti deh saya share alasannya ..hee

Oh ya, apa kabar, sahabat? Selamat berkumpul bersama keluarga tercinta. Selamat menikmati kebersamaan bersama orang-orang terkasih..



4.
Masih edisi ngobrol dengan anak gadis, hmm kali ini ngobrolin, "orang-orang yang akan kita temui dalam kehidupan kita." Termasuk, "kita mau milih jadi orang yang seperti apa?" 

Selalu menyenangkan ngobrol dengan shalihahnya kang Wawan Ridwan​​ ini, dia pendengar yang baik dan sangat senang berbincang tentang pengembangan 'kualitas' diri apalagi jika dihubungkan dengan perintah Allah untuk menjadi muslim yang berkualitas serta Sirah, MasyaAllah dalam kondisi sakit pun matanya akan berbinar senang atau berkabut saat ada nama Rasulullah shalallahu alaihi wasallam disana, "Rindu Rasul ya Mi."

Lalu kami berbincang tentang Rasulullah sebagai sosok yang luar biasa. Dirindukan dengan cara yang istimewa, membuat netra menderas saat mengingatnya dan semua yang membuat kami mengucapkan shalawat atas beliau shalallahu alaihi wa salam.

"Ummi akan rindu berbincang seperti ini. Ummi nanti jangan nangis ya!" Aa tiba-tiba memelukku dan duduk di sampingku.

"Ummi insyaAllah siap menunggu setahun lagi untuk berkumpul seperti ini."

"MasyaAllah, Ummi sudah jauh lebih tegar yaa sekarangmah. MasyaAllah ummi Aa hebat.." hey, pemuda ini senang mengapresiasi Umminya.


#catatandefa

Balananjeur, Sabtu, 7 Mei 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh