Cucian kah, lantai rumah yang kotor kah, biaya sekolah anak kah, menu makanan, kabar anak-anak dan masih banyak lagi. Apalagi kalau anak sedang sakit, MasyaAllah rasanya campur aduk tidak menentu. Merasa bersalah, merasa gagal, sedih, tidak nyaman, dan semua rasa semisal berkecamuk di dada.. rasa itu seolah tak kenal jeda kecuali saat anak sudah sembuh. MasyaAllah gemuruhnya mulai reda berganti ingatan yang lain.
Itulah ibu..
Karenanya sangat mengherankan kalau ada ibu yang tidak peka pada kondisi ibu-ibu yang lain, yang tidak berempati dan enggan menjaga lisan dari berkomentar negatif atas gelisah ibu-ibu yang lain.
Ibu, tahu rasanya menjadi ibu. Karena itu ia akan lebih peka dan menjaga agar ibu-ibu yang lain minimal selamat dari lisannya.
Salaamatul insaan Fii hifdzilisaan. Keselamatan seseorang tergantung dari caranya menjaga lisan. Apa yang terucap dari lisan kita tidak jarang bisa melukai bukan hanya orang lain namun juga diri sendiri.
Seolah ditujukan untuk menyakiti orang, mengomentari dengan komentar menyakiti atas hidup orang lain. Namun pada kenyataannya, diri sendiri pun dirusaknya..dengan lisannya.
Bagaimana caranya? Yang keluar dari lisan adalah cerminan hati. Jika yang keluar hal-hal negatif, sangat mungkin jika yang tersembunyi jua adalah hal yang negatif. Namun saat lisan terkendali maka ia sedang menjaga agar hatinya sama terkontrolnya seperti lisannya.
Kok jadi ke masalah hati sih? Yaah maafkan, ini masih dalam rangka kesengajaan yang disengaja. Hhh forget it!
Terkait menjaga lisan, pernah denger nggak seorang ibu yang Allah uji dengan sakitnya buah hati trus tiba-tiba ada ibu lain yang mengomentari dengan komentar menghakimi dan menyalahkan? Istilah dalam bahasa Sunda mah ngananaha .
Yang seperti itu ada dan banyak, bukan hanya satu atau dua. Saya sering mendapati kondisi semisal bahkan saya sendiri pun pernah dalam posisi ibu yang menerima hari telunjuk dari orang lain.
Sahabat Fillah..
Kita tidak bisa mengendalikan orang lain; bagaimana mereka harus bersikap dan berucap. Apa yang orang lain lakukan adalah urusannya dengan dirinya sendiri, bahkan meski kita qodarullah menjadi korban lisannya namun janganlah kita yang justru menjadi sebab orang lain terluka tersebab lisan kita.
Janganlah justru kita yang menjadi sebab duka yang tak sirna di hati orang lain tersebab kalimat negatif atau sikap kita.
Menjadi ibu .. kita tahu bagaimana yang ia lalui di hati dan pikirannya. Mari untuk menjaga empati kita pada sesama ibu dimanapun dan siapapun serta seperti apapun kondisinya!
Balananjeur, Senin, 2 Januari 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar