Tadi kami ke toko nya kang Tono yang dekat klinik Al Fatih untuk membeli beras. Disana harganya lumayan bersahabat untuk ibu yang senang dengan selisih harga meski hanya 500 rupiah 🤭.
Qodarullah di kang Tono berasnya habis. Nanyain minyak sama telur juga habis.. MasyaAllah Laa Haula walaa quwwata illaa Billah.Akhirnya perjalanan berlanjut ke daerah Cipicung. Alhamdulillah berasnya ready, harganya 12500 per kilogram. Niat awalnya sih beli di penggilingan sekarung teh lebih murah tapi...
Hmm apa yang ingin saya ceritakan dari kisah beras ini?
Suatu hari ada yang mengatakan, "makanya harus bisa bertani biar nggak perlu beli beras." Ini yang ingin saya bahas 😁: kalimat makanya harusMakanya harus..
1. Bisa bertani biar...
2. Beli sawah biar..
Dan makanya harus dalam hal-hal lainnya
Well, ingatkan saya untuk membahas satu persatu.. hee2.
Di depan kios daerah Cipicung ada toko mainan anak-anak. Naah saat itulah ingatan kami melayang, "kayaknya kalau anak-anak masih kecil ummi pasti beli mainan kesana buat anak-anak." Saya lebih dulu bernarasi
"Anak-anak kita jarang minta mainan ya Mi. Hmm bukan jarang, malah pada bikin mainan sendiri." Ayah mulai membuka lembar memori
"Ingat nggak waktu Umar pengen mainan trus Aa Quthb bilang gini, 'nanti AA buatkan ya.' dan AA benar² membuatkan."Mereka membuat mainannya sendiri dengan bahan apapun yang ada disekitar. Kadang dengan kardus, kertas, ranting pohon, dan masih banyak lagi bahan bekas yang mereka buat menjadi aneka mainan; pistol²an, mobil²an, dll..
Aduhai kenangan..
Hal yang paling nyelekit adalah saat mengingat hari yang tlah laluperjalanan tidak lama karena saya yang masih harus menghemat energi.
Menghemat energi? Yah begitulah. Ada batas energi jadinya kalau di forsir teh mudah banget ketemu lelah yang sangat. Hmm yang paling utama sih menjaga fikiran dan perasaan soalnya pengaruhnya sangat besar. Dan menulis adalah cara saya menjaga hal itu
Kamis, 2 Februari 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar