Ok lanjut ke buka pesan, kadang suka dapat pesan dari teman yang tidak memiliki nomor WA yang bisa dihubungi jadi mengirimkan pesannya melalui messenger FB. Tidak ada pesan di beranda messenger namun tunggu ...ada 3 permintaan pesan dan saya pun membuka masing-masing pesan itu.
Laa Haula walaa quwwata illa Billah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa mata yang melihat dan otak yang berpikir lalu jemari yang mengklik, ada pesan yang membuat kepala saya sakit. Hmm sepertinya tekanan darah saya kembali naik. Yang terpikir pertama kali adalah, "apa maksud pengirim pesan mengirimkan pesan ini?" Lalu kemudian otak kembali berputar dan mengirimkan sinyal, "oh tidak, jangan terlalu banyak berpikir tapi tabayyunlah! Jangan berspekulasi apapun namun tabayyunlah!" Saat kaki hendak melangkah, tiba-tiba teringat, "orang ini membawa nama lembaga maka harus ada solusi dari lembaga yang dia bicarakan."
Kasus apa ini?
'alaa kulli haal yang ingin saya ceritakan bukan isi pesan namun pertama bagaimana harusnya kita menyikapi suatu kabar yang tidak kita ketahui kebenarannya. Kedua bagaimana kita saat bertemu masalah yang diakibatkan oleh pembawa kabar. Ketiga bijak dalam bermedia sosial.
Pertama bagaimana kita menyikapi suatu kabar yang tidak kita ketahui kebenarannya?
Saya tidak tahu cara paling bijak dan tepat saat menyikapi kabar yang belum diketahui keberadaannya apalagi jika itu menyangkut aib orang lain, terlepas dari benar atau tidaknya kabar yang sampai saya memilih untuk tidak banyak berpikir, "benarkah ini?" Atau, "bagaimana ini terjadi?"
Saya hanya memilih untuk memilih satu diantara 2 pilihan: abaikan atau Tabayyun!
Saya seorang muslimah dan memilih untuk Tabayyun dibandingkan mengabaikan sesuatu yang menyangkut kehormatan seorang muslimah. Sekali lagi tanpa pernah terlintas pemikiran untuk tahu kebenaran peristiwa itu.
Selain Tabayyun, saya pun memilih untuk percaya. Percaya pada siapa? Saya tidak berpihak namun saya selalu yakin bahwa kesempatan bernafas yang diberikan oleh Allah adalah berarti kesempatan untuk memperbaiki diri. Boleh jadi seseorang melakukan kesalahan dipagi hari lalu pada siang hari ia berusaha bertaubat dan memperbaiki diri...karena kita semua tidak luput dari dosa. Dan inilah yang saya percayai, meskipun aib itu ternyata fitnahan semata namun boleh jadi dengan cara itu Allah sedang memberikan kesempatan kepada kita (orang lain) untuk belajar bagaimana cara bersikap agar saudara kita tidak terpuruk lebih jauh atau kepada saudara kita itu agar kembali kepada jalan seharusnya.
Saya memilih Tabayyun langsung kepada orangnya meski boleh jadi itu bukan pilihan yang tepat, ini pilihan saya dan saya berdoa agar Allah jadikan kebaikan dari pilihan ini.
Pilihan lainnya adalah mendatangi kepala dari lembaga tersebut untuk meminta pendampingan kepada orang yang saya maksud. Apakah itu untuk penguatan mentalnya maupun dalam permasalahan hukum jika hal itu harus masuk ke ranah hukum. Lupakan kesalahan yang tlah lalu dan bantu ia membuka lembaran baru nya.
Kedua, trus bagaimana kalau kita yang terkena masalah itu lalu nama kita tercemar karenanya?
Jujur saja ini diluar pemikiran saya sebelumnya, kepala saya terasa meledak memikirkan ini. Saya harus berusaha memahami kira-kira apa yang dirasakan dan dipikirkan orang yang terkena suatu masalah ..
Sedih, marah, kecewa dan banyak rasa negatif lainnya yang pasti menghampiri dan membuat sesak tiada terkira. Mungkin tak jarang hingga mempertanyakan taqdir Allah padahal taqdir Allah selalu lah yang terbaik, "kok hidup aku gini banget?", "Ya Allah, kenapa aku?" Dan banyak kalimat negatif lainnya.
Bagaimana kalau ada yang membahas perihal ini? Ah mungkin saja saya akan merasa malu. Tapi saya sedang dipermalukan, lalu saya harus bagaimana?
Tidak banyak yang bisa saya uraikan terkait ini. Namun yang saya yakini adalah prinsip untuk hadapilah!
Ya, hadapi bukan hindari!
Meski sedih, meski sesak, hadapi saja!
Boleh nangis tapi jangan lama-lama! Boleh sesak tapi jangan hanya terpuruk disana!
Segeralah cari jalan keluar dan jangan pernah berpikir untuk mengabaikan karena boleh jadi mengabaikan hanya akan menjadi tabungan keburukan di hari esok.
Ketiga bijak dalam bermedia sosial.
Saya bukan tipikal orang yang akan mengatakan kalau curhat atau apapun di media sosial teh hal yang buruk, semua memiliki caranya masing-masing dalam mengekspresikan diri di media sosial. Tapi, kita tetap harus memiliki aturan untuk diri kita sendiri dalam berekspresi di media sosial baik FB, IG maupun platform lainnya. Jangan sampai media sosial kita menjadi media sampah yang hanya menyuguhkan hal-hal yang tidak menjadi ladang amal shalih.
Allahu a'lam bishshowab.
Balananjeur, Senin, 20 Maret 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar