Isi pesan tersebut tentang aib orang lain. Audzubillahi minasysyaithoonirrajiim.. saya beristighfar berulang kali, sekian lama membuka media sosial itu kali pertama saya merasa menyesal menerima permintaan pesan. Namun karena sudah terlanjur dibuka maka saya jawab pesannya dan mempertanyakan alasan dia mengirim saya pesan tersebut. Sebenarnya tidak benar-benar mempertanyakan karena saya sendiri tidak tertarik dengan alasan .. namun ingin menegaskan padanya untuk tidak menceritakan appaun terkait aib orang lain. Kesannya minta tolong, maka minta tolonglah dengan benar tanpa perlu membuka aib orang lain, ujar saya dalam pesan tersebut.
"Apa maksu anda mengirimi saya pesan ini?" Mungkin ini menyinggung namun saya tersinggung dengan pesannya.. meskipun itu aib orang lain namun saya sudah bertekad untuk menutup mata dan telinga juga lisan dan hati pun pikiran dari segala sesuatu terkait aib orang lain.
Kenapa kami memutuskan menerima pesan? Kami berpikir ada yang bisa kami bantu untuk diishlahkan
Kemudian, saya Tabayyun pada orang yang diceritakannya dalam pesan tersebut. Sungguh saya tidak senang memikirkan sesuatu yang tidak boleh saya urusi, namun kali ini ada fitnah yang ... Yang harus saya lakukan adalah tabayyun kepada orangnya, bukan?
Namun sekali lagi, saya berlepas diri dari apapun yang tidak boleh saya terlibat didalamnya. Saya membatasi diri dalam hal-hal tertentu
Saya pikir itu adalah masalah yang harus segera diselesaikan jadi segera saya tuntaskan.
Namun esoknya, pengirim pesan kembali mengirimi saya pesan dengan kalimat yang sama namun jauh lebih panjang, "anda tidak tahu masalahnya apa, jadi jangan berkomentar." Yaaah sejak awal saya memang tidak tahu masalahnya namun membaca deskripsi kalimatnya membuat saya memahami satu hal, saya keliru. Ya, saya keliru berpikir bahwa saya bisa membantu dan meluruskan masalah yang bukan urusan saya. Tapi ini menjadi peluang bagi saya untuk 'ceramah' ala saya. Well, saya seorang ibu yang sudah terbiasa menceramahi anak dengan kalimat panjang kali lebar tanpa perlu dikalikan tingginya. Saya katakan kepadanya bahwa kebaikan itu tidak mungkin beriringan dengan keburukan, maksud baik tidak bisa dilakukan dengan mengumbar aib karena mengumbar aib itu suatu hal yang tidak disukai Allah. Panjang nian ceramah saya dalam pesan hingga kang Wawan berkomentar, "sepanjang itu, bakalan dibaca, Ki?"
"I don't care dia mau baca atau nggak, yang pasti aku tunaikan kewajiban ku." Hmmm padahal tidak terlalu panjang siih, hanya cukup untuk 1 postingan di feed IG 😀
Well, ternyata dan mungkin dia membaca lalu muncullah lagi pesan ke-3 .. tapi...saya mulai gerah hingga akhirnya saya katakan padanya, "saya minta maaf jika ada kalimat yang keliru dan saya memaafkan Adek yang telah mengirim saya pesan ini."
Kang Wawan tertawa membaca pesan yang saya kirim, "bagaimana dia bisa faham hal seperti ini?" Yaah saya tahu, tidak semua memanhami saat saya merasa kesal. Tapi saya tidak pandai memilah kata kecuali yang biasa saya sampaikan.. pesan itu pun masuk spam dan saya tidak berpikir untuk membuka pesan lagi.
Pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah ini adalah:
1. Jangan kepo nerima pesan dari orang yang tidak dikenal 😂
2. Kalau mau Nerima pesan, nggak perlu dibalas. Cukup read aja. Kalau perlu Tabayyun, cukup Tabayyunlah dan cukup sampai disana!
3. Kalau perlu blockir, nggak apa-apa untuk memblokir..
4. Jangan merasa bisa menyelesaikan masalah orang lain ! 😂
5. Allah sedang melihat seberapa besar usaha saya untuk berlepas dari aib orang. Wah ternyata sesulit itu.. minimal ada perasaan, "duh iseng banget nih orang." , "Yaaah kan bukan urusanku, kok nglibatin sih?" Ini masih aib orang kan?
6. Allah sedang memberikan kesempatan untuk belajar cara menghadapi hal seperti itu
7. Allah sedang mendidik untuk menghadapi situasi yang pastinya tidak disukai itu
8. Allah melihat bagaimana mata ini berusaha untuk tidak melihat hal-hal yang tidak seharusnya.
Pelajaran lain, hikmah lain pasti masih banyak.. dan yang utama kayaknya biar jangan buka FB dulu ðŸ¤
Balananjeur, Ahad, 26 Maret 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar