Seharusnya...
Kalau semuanya berangkat dari kata seharusnya, maka konsep ideal yang menjadi rujukan. Of course ideal versi diri yang sangat mungkin tidak sama dengan orang lain. Dan inilah seharusnya yang ada dalam benak saya saat ini; catatan ini harusnya dituliskan kemarin, mengawali hari di bulan Juni 2024.. tapi, untung saja ada sebuah ungkapan yang cukup mewakili, better late than never, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Ya, lebih baik mulai saja lagi. Saya kembali menulis tiap hari mulai hari ini. Nulis apa? karena sudah mulai jarang nulis, jadi harus membiasakan kembali melatih jari dan otak.
Well,
Saya ingin bercerita tentang hari kemarin untuk mengawali catatan yang terlambat ini.
Agendanya lumayan bikin struggle, saya akan ceritakan alasannya meski mungkin kurang terstrusktur ..
Satu
Jam pertama niatnya sih mau ke klinik untuk pemeriksaan sambil minta surat rujukan buat periksa ke spesialis penyakit dalam di RS Permata Bunda, eh ternyata kami datang kepagian. Jam 7 jadwal buka klinik tapi kami kesana jam 5.37 alias masih pagi banget. Finally masuk lah ke agenda ke-2 yang akan saya ceritakan agak banyak.
Sakit lagi? pertanyaannya ada kata lagi nya 😀 Ya, sejak beberapa hari yang lalu sakit kepala hebat
Dua
Menemani Kakang menjumpai pak Camat, nah inimah ceritanya agak hmm kalau dikatakan dramatis mah kesannya kayak gimana ya, tapi agak riskan juga kalau diceritakan. Hanya saja ada beberapa ibrah yang saya dapatkan selama rentang kisah ini, semoga yang dicatatkan menjadi pembelajaran dan tidak menjadi jalan keburukan.
Saya tuliskan pelajarannya saja ya.
- Pernah mendengar orang bilang, "saya tangan kanannya ..." (titik-titiknya di isi dengan jabatan .. misal pak bupati, pak presiden, pak camat, dll). Seneng banget ya jadi atau dianggap atau mengklaim diri sebagai tangan kanan?padahal banyak kerusakan berawal dari yang bernama tangan kanan. Hey, ini istilah bukan harfiyah. Kali ini saya melihatnya, dampak kerusakan yang disebabkan seseorang yang mengklaim diri sebagai si tangan kanan.
- Saat ada suatu berita yang engkau tidak tahu pasti kisah sebenarnya bagaimana, alangkah eloknya untuk menelusuri dengan bertanya langsung, tabayyun.. fatabayyanuu, gitu kata Allah teh. Kroscek, cari tahu kebenarannya, jangan menelan mentah suatu berita tanpa mengetahui duduk persoalan ataupun asbabun nuzul apalagi jika kabar itu dari orang yang tidak memiliki kapasitas untuk menjelaskannya.
- Fokus pada satu alasan, inginnya apa, kenapa, ada apa. Yaah atuh setidaknya biar terlihat elegan , jangan sampai karena terlalu menggebu sehingga tidak bisa memilah apa sih yang sebenarnya terjadi dan memengaruhi penilaian hingga emosi lalu akhirnya meluaplah hal-hal yang justru akan disesali.
- Bedakan antara pekerjaan dan ego diri. Iya sih maunya dimuliakan, tapi berilah juga keringanan pada orang lain. Misal minta disalami tapi orang yang dimaksud (harusnya dia menyalami saya) jaraknya berjauhan. Carilah keringanan dan berpikir positif lah; kayaknya dia nggak lihat saya, dia lagi sibuk, dll. Pokoknya carilah banyak alasan sampai ego tidak mencuat
- Ada orang yang senangnya ngrusuh, dimanapun senangnya mrovokasi. Baiknya kalau memprovokasi untuk menjadi baik bareng-bareng, namun yang biasa terjadi justru jadi orang yang menghasut dan ngaja-ngajak orang lain untuk ikut kesal bareng
- Kalau udah keluar mah move on saja, jangan merasa harus memikirkan sesuatu yang bukan bagian dari tugasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar