![]() |
ummi dan ade di kampung jembar |
Kalau mau jajan teh nunggu momen anak pulang, agak gimana rasanya kalau jajan sendirian teh. Kalaupun beli sesuatu, ujung-ujungnya tetap nunggu anak pulang atau lari dulu ke pondoknya buat dikasihin. Nggak bisa makan sendiri, kalaupun makan sendiri.. hati teh terasa nggak nyaman.
Kemarin de Olin pulang, kami sudah punya agenda bersama untuk mengisi liburan kali ini. Ya, baik saya dan dia sedang sama-sama liburan dan kami ingin liburan kali ini di isi dengan kegiatan yang .. pokoknya bisa dilakukan bareng; ngobrol banyak-banyak, baca buku bareng, lari pagi bareng, nulis bareng, yaaah meski nggak semuanya harus bareng terus tapi kalau jajan mah bisa bareng

Shodaqoh? Iya, shodaqoh..
Bapak dan Ibu yang sedang berdagang juga atuh da sedang mencari nafkah di jalan Allah, kalau kita beli dagangannya, yang artinya? semoga Allah masukkan sebagai amal baik yang Allah Ridho Ridhai.
Ya atuh jajannya juga tetap pipilih, nggak boleh karena kita pengen jajan kita jadi shodaqoh trus kita borong jajanan apapun tanpa tahu manfaat jajanan yang dibeli itu buat apa, jangan-jangan malah jadi mubazzir sedangkan Allah nggak suka dengan orang yang mubazzir, dan mubazzir itu temannya syaithan. Hii ngeri.. bukannya dapat amal shodaqoh, eh malah jadi temannya syaithan.
Atau membeli sesuatu yang tidak baik untuk diri, atau bahkan memaksakan diri buat banyak jajan padahal kondisi keuangan tidak memungkinkan alias maksakeun. Jatuhnya malah melemparkan diri ke dalam kebinasaan, dan itu nggak boleh. Kenapa? Bukankah Allah melarang kita melemparkan diri pada kebinasaan? Eh maksud ayat itu dalam perkara tidak berjihad, ya?
Oh iya, trus apa yang berbeda dari hari itu? Dulu.. saya lebih senang anak-anak bawa bekal makanan dari rumah. Pengen makanan yang ada di mang-mang tukang dagang? Saya buatkan sendiri. Apapun itu, saya membuatkan untuk mereka dan tidak suka jika mereka jajan.. takutnya kebanyakan penyedap dll.
Trus bisa lebih berhemat juga siiih.. kalau beli mah kan beli sekian rupiah dapatnya nggak sebanyak kalau bikin sendiri. Tapi suka lupa, kalau boleh jadi adanya tukang dagang jajanan adalah cara Allah untuk menumbuhkan empati di hati kita trus sarana mendidik diri juga. Allahu a'lam..
Kenapa tidak saya bimbing anak-anak untuk memilah jajanan? Menjadi media belajar agar anak-anak belajar menahan diri buat nggak jajan melebihi jatah uang jajan? Sarana belajar memenej uang saku; buat jajan berapa, nabung berapa, dll..
Sarana belajar bermuamalah dengan pedagang dan mengajarkan anak untuk melembutkan hati mereka dengan meniatkan jajan sekalipun karena Allah. Keseluruhan amal kita bisa menjadi ibadah dengan syarat dan ketentuan yang berlaku sesuai perintahNya.
Pada akhirnya, anak-anak tahu apa yang boleh dan tidak perlu di beli. Tidak berlebihan saat membeli sesuatu, dan tidak membeli melebihi kemampuan diri mereka.
Yang berbeda? Mulai bisa jajan cilor, cimol, bilor dll

Balananjeur, 2 Juli 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar