Sabtu, 26 Oktober 2024

Selamat Jalan, Teh Rara ..

Hanya bertegur sapa lewat komenan di Fb, atau di inbok an atau WA, kita memang belum pernah ketemu langsung ya teh Rara Aghni tapi saya merasa sudah kenal lama bukan hanya di dunia maya. Saya merasa dekat dan mencintai teteh karena Allah insyaAllah.

Pertama kali kenal teteh kalau tidak salah tahun 2013 an di postingan Ummi Neny Suswati. Saat itu saya memang terbiasa mencari teman melalui postingan teman lainnya, melalui komenan di status teman; bagaimana ia bertutur saat berkomentar. Saya ingin menjadi orang yang baik dan mencari teman-teman yang baik agar semangat kebaikannya sampai juga ke saya. Saya ingin menjadi seseorang yang baik dan mencari teman-teman yang baik yang membuat saya mengingat kebaikan saat mengingatnya.

Dan teh Rara, saya melihat santun kalimat yang terangkai saat itu saat berkomentar di postingan Ummi Neny (saat itu yang paling saya ingat, teteh cerita tentang menjahit) , saya juga melihat pengetahuan teteh akan Dien ini melalui kalimat yang teteh pilih. Saya langsung klik nama teteh dan meminta pertemanan pada teteh. Dan MasyaAllah teteh langsung mengkonfirmasi pertemanan, satu dari sekian banyak hal yang akan menjadi ingatan saya tentang teteh.

Sejak saat itu, kita sering saling melempar komentar. Sekali lagi, saya tetap melihat kehati-hatian dari cara teteh merangkai aksara, di akhirat kelak akan ada pertanggungjawaban yang sangat berat bahkan dari setitik saja kata yang kita tulis, itu yang saya fahami. Dan teteh sangat menjaga itu, itu kenangan yang lainnya tentang teteh.

Kondisi kesehatan nya yang Allah uji tak menyurutkan jemari teteh, teteh tetap merangkai kata, bagi teteh menulis adalah kebutuhan, itu yang sering teteh katakan. Teteh, semangat teteh untuk tetap menulis dalam kondisi sesakit apapun menjadi motivasi kami juga teh, ini Kenangan lainnya juga tentang teteh.

"Kacamatanya jangan dibayar, teh!", " Teh Defa cepat sembuh yaa! " Padahal teteh pasti langkung ti abdi sakitnya.

"Saya dari jawa, teh. Yang dari Sunda mah suami, asli Garut. " Kata teteh suatu hari.

"Tapi saya tetap boleh manggil teteh kan teh? " Kadang saya khawatir panggilan dari saya justru tak membuat orang lain nyaman, termasuk pada teteh.

"Nggak apa-apa teh." Jawabnya..

"Nanti kalau ke Bogor, mampir ya teh! " MasyaAllah teteh, hapunten teu acan kantos mampir. Hari itu kita sharing tentang anak-anak teteh yang pada pulang dari pondok karena pandemi, 

"saya juga kayaknya mau jemput Aufa, teh! Situasi di Bogor sekarang bagaimana teh? Kira-kira kendaraan yang dari luar Bogor dapat akses masuk nggak? " Hari itu menjadi saat terlama kita berbincang di WA. Teteh menjawab semua yang sekiranya harus saya tahu kalau mau ke Bogor menjemput Aufa, teteh juga berkisah tentang banyak hal lainnya termasuk anak-anak teteh yang sudah pulang bahkan ada yang sampai di jemput suami teteh pakai motor karena pandemi hari itu membuat agak sulit.

"Teteh, kayaknya saya nggak jadi jemput. Aufa insyaAllah mau di jemput Uwa nya yang dari pesantren Al Hikmah. "

"Al Hikmah yang di Parung bukan, teh? "

"Iya teh. "

"Siapa saudara teteh yang disana? "

"A Irfan Miftah Mujahid teh Astri Hamidah kakak sepupu saya, teh. "

"Saya tahu pesantren itu, teh. Pesantren Tahfidz ya teh. Pesantren bagus. " Kemudian teteh menguraikan kata demi kata menjabarkan pengetahuan teteh tentang Al Hikmah.

"Teteh, Aufa nggak bisa di jemput kecuali sama orang tua nya. InsyaAllah Abi nya Aufa malam nanti ke Bogor. Alhamdulillah Allah beri kemudahan lewat a Irfan sama teh Astri teh. Mohon doa nya ta teh! " Sekali lagi, saya merasa dekat dan seolah sudah kenal sangat lama dengan teteh.

"Fii 'amanillah teh Defa. Semoga segera berkumpul lagi dengan Aufa. Saya faham bagaimana rasanya jauh dari anak di situasi ini. Jangan lupa mampir ya teh! " Ah saya kembali menangis mengingat ini.. Kita hanya berinteraksi lewat fb dan WA, tapi ingatan saya dengan teteh lebih banyak dari yang bisa saya tulis disini.

Dan semua ingatan saya adalah semua kebaikan teteh." Ya Allah kami bersaksi kalau teh Rara orang yang baik, shalihah dan hanif insyaAllah. Karuniakan bagi saudari kami yang selalu kami cintai karena Engkau tempat terbaik disisiMu. Ia dulu berjuang dalam sakitnya ya Rabb, berikan ia kebahagiaan disisiMu atas perjuangannya. Rahmati ia yang tetap menggerakkan jemarinya mengukir tinta aksara menjadi bagian peradaban warisan bagi literasi ini ya Rabb. Rabbana, hilanglah kini sakitnya, gantilah untuknya segala kebaikan yang Engkau persiapkan bagi orang-orang yang menunaikan amanahMu."
Teteh, kami kan jua menyusulmu...

Catatan ini di tulis pada tanggal 27 Oktober 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh