Sabtu, 24 Oktober 2020

Jejak Cinta Yang Tertinggal (bagian 3)

Pelajaran lain yang saya dapatkan dari apa almarhum adalah,"do the best what you can to do, now. No excuse and just for Alloh."

Apa tidak suka jika kami mengatakan,"nanti." untuk suatu pekerjaaan -apapun- yang bisa kami lakukan saat itu juga. Jika tak ada udzur, do what you can to do adalah hal yang tak bisa di tunda-tunda.

In everything. Dalam segala hal.

Hh..janganlah selalu mengatakan,"kok orang jepangmah yang nyata-nyata lebih banyak yang tidak beragama tapi disiplin dan ramah-ramah, sedangkan orang islam yang bla bla bla dan bla bla bla sukanya WIB (waktu iraha bae), sewenang-wenang dan sebagainya." 
Haruskah itu dipertanyakan??? Sedangkan bersikap adil dan amanah pada diri sendiripun enggan. I mean, ibda binafsi... Ashlih nafsaka yashluh lakannaas... Cobalah melihat dengan kacamata lain sehingga anda tak perlu berkoar tentang hal itu yang pada akhirnya orang yang senangnya mendiskreditkan Islam akan dengan lantang berteriak dan bersorai,"see... !" Allahu a'lam..

Tapi keramahan, disiplin serta komitmen yang tinggi bukan hanya milik 'segelintir' orang. Apalagi jika sampai mengerdilkan arti keimanan sendiri. Seperti kata orang-orang liberal,"tak penting apa agamanya. Alloh melihat sikapnya."

Kita memiliki pegangan
ان الدين عند الله السلام

Muqoddimah tentang apaaa isi tentang apaaaa.... Hee... Ya sudah kita kembali ke lapppp topp.. :D

Sejak kecil, apa mengajarkan kami arti menghargai waktu.

Pentingnya waktu sendiri seperti kita tahu di abadikan Robbul 'Aalamiin dalam satu surah, 
والعصر. ان الانسان لفي خسر.الا الذين امنو و عملوالصلحت وتواصوابالحق و تواصوابالصبر
"Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya mentaati keshabaran." (QS Al 'Ashr : 1-3)

Menurut yang saya baca dalam tafsir fii dzilalil qur'an tentang surat ke 103 ini.

"Didalam surat pendek yang hanya terdiri atas tiga ayat ini, Alloh ta'ala melukiskan suatu rencana yang komplit untuk kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki Dienul Islam. Memperlihatkan ajaran konsepsionil ideologis mengenai hakikat iman yang besar dan luas, dalam bentuk paling riil dan mendalam. Surah ini meletakkan suatu konstitusi Islam yang menyeluruh, hanya dalam beberapa kalimat pendek. Untuk menggalang ummat Islam, eksistensinya, dan peranannya, di dalam satu ayat yaitu ayat ketiga dari surah ini.

Inilah mukjizat yang tidak bisa dijangkau kecuali oleh Alloh. " (Terjemah tafsir fii dzilalil qur'an terbitan tahun 1984 hal 437)

Saat kecil, apa memberi kami contoh bagaimana beliau berjalan di atas waktu yang seolah terbatas. Mrmbagi waktu untuk kepentingan dakwah, keluarga, orang tua, dan lain sebagainya tentu bukan perkara yang mudah. Dan kami melihat apa melakukan semua itu tanpa sedikitpun mengeluhkan repotnya. 

Apa yang kami lihat adalah pelajaran berharga yang kami dapat.

"Jangan menunggu orang lain berbuat kebaikan baru kamu berbuat kebaikan yang sama.!" pelajaran lainnya lagi yang saya terima dari sikap yang apa lakukan.

Terkadang ketika hendak melakukan suatu kebaikan, ada rasa malu sehingga akhirnya tidak jadi melakukan itu. Terkadang ada orang-orang yang perlu kita bantu tapi kita berpegang pada excuse,"tunggu yang lain dulu."
Dan kondisi-kondisi lainnya yang sering kita lakukan saat mendapati "kebaikan"yang bisa kita lakukan sendiri di depan kita.

2 komentar:

Hhhh