Minggu, 08 November 2020

Catatan Harian

Detak jantungku terasa lebih berat dari sebelumnya. Nyuuut nyuut nyuuut, mungkin seperti itu suaranya jika terdengar. Sakit sekali hingga nafasku terasa sangat berat dan sesak. 

Aku ingin memilih untuk diam sejenak, kembali berbaring lalu menutup mata dan... Ah, mungkin kembali mentasbih ngilu membuat sakit mereda. Seharusnya aku bersyukur, jika aku bersabar makan akan berguguran semua khilaf yang pernah aku buat dan tentu itu lebih baik untuk bekal akhirat ku. 
Hati, bersabarlah dengan sabar yang baik! 

Sesaat aku menangis, mendekap sakit disepanjang usia yang ku ingat.. 
Aku sangat ingin memilih untuk diam, berbaring lalu menutup mata. Tapi aku justru memilih beranjak, kupakai kerudung dan jaket lalu mengambil sapu dan memilih menyapu lantai hingga ke teras rumah. Dari teras kulihat sampah daun yang berserakan, aku pun beranjak mengambil sandal jepit ando berwarna hitam dengan tali pink, sandal Aufa yang disimpan di rumah. Ku ambil sapu nyere yang tergeletak di dekat pohon ki hujan. Sapu nyere itu semakin tipis karena berceceran di mana-mana, aku memang kurang apik menyimpan sapu hingga akhirnya mudah rusak dan berceceran di mana-mana. 

Ku sapu perlahan daun-daun kering yang berjatuhan dari pohon ki hujan, dari pohon jambu batu juga dari pohon belimbing.. Tanaman lain tidak terlalu menyumbang banyak sampah daun. 

Ada banyak plastik bekas makanan yang entah bekas siapa, tergeletak tak berdaya di dekat jalan.. Sedih sekali setiap kali melihat sampah plastik, sering terpikir, "kalau tak tahu cara membuang sampah pada tempatnya harusnya tak perlu menggunakan sesuatu yang berpotensi menjadi sampah." Ah, akumenangis mengingat saat beberapa bulan yang lalu saat berjalan di pematang sawah menuju pagerageung melihat sungai dan bahkan beberapa sawah dipenuhi tumpukan sampah plastik yang sebagian besarnya popok bekas dan plastik bekas minuman atau makanan. Tumpukan sampah itu bukan hanya menggangguku pastinya. 

Plastik yang ku dapati di pekarangan ku bagi beberapa bagian, ada yang basah dan kering. Dari yang basah dan kering itu aku bagi lagi menjadi beberapa bagian lagi, sebagian untuk di bakar (meski aku juga tahu itu pun tak baik 😑), sebagian lagi dikeringkan untuk dibakar nanti, dan sebagian lagi dikumpulkan untuk nanti di jual di tukang rorombotan. Dalam seminggu biasanya aku bisa menjual 2 atau 3 kilo bekas botol minuman yang akun dapat dari pekarangan, uangnya aku simpan di celengan.. 

Oh ya, sampah plastik yang sudah kering bisa dipakai juga untuk menyalakan tungku. Kan nyalakeun tungku teh lumayan susah, kalau pakai plastik yang disimpan tepat diatas kayu mah apinya bisa lebih lama dan nempel dina kayu. 

Saat melihat ke tangkal belimbing, MasyaAllah buah belimbing yang sudah beberapa hari luput dari pandangan kini sudah agak besar. MasyaAllah hadza min fadhli Rabbi.. 
Aku juga menanam tangkal kelor dekat tangkal singkong, lalu kembali ke rumah menata ulang letak beberapa perabotan hingga nafasku kembali tersenggal, sungguh sehat itu mahal dan saat ada satu persatu nikmat peran anggota tubuh yang diambil barulah kita menyadarinya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh