Minggu, 29 November 2020

Membangun Rumah Impian (bagian 4)

Lama sekali bahan bangunan yang sudah dibeli itu tersimpan di kebun dekat rumah mamah, area yang kami pilih untuk membangun rumah.  Kebun berbentuk segi panjang dengan beberapa sudut lancip dan menyerong (seperti apa itu? 🤔😬😁) peninggalan Ayah Allohu yarham itu menurut kami cukup strategis. Ada jalan yang cukup untuk kendaraan roda empat kalau-kalau dikemudian hari Allah titipkan kami kendaraan, disampingnya juga ada sungai kecil yang kalau musim hujan suara alirannya sangat menenangkan, di belakang terdapat rumah mamah.. saya nanti bisa lebih sering bertemu mamah hee..
.
.
Sebelumnya kami (suami dan saya) sempat bermusyawarah tentang kemungkinan tempat kami membangun rumah nanti. Apakah di pagerageung tempat kelahiran suami, atau di Balananjeur, tanah warisan Ayah saya. Setelah melalui proses musyawarah dengan mempertimbangkan segala sesuatu dari berbagai sudut dan dampak jangka panjangnya, Bismillah kami memutuskan membangun rumah di tanah kelahiran saya di Balananjeur. 
.
.
Kami meyakini dalam berumah tangga itu bukan hanya satu suara yang diperlukan, apalagi jika satu suara jauh lebih aktif dari yang lain. Harus ada komunikasi dua arah, harus ada musyawarah untuk mufakat, harus ada saling memberi masukan dan tentu harus saling mengikhlaskan pada akhirnya.  Intinya rasa 'salingnya'.
.
.
Karena itu dalam membangun rumah pun harus ada musyawarah dulu; mau dimana, seperti apa, dan sebagainya. 
Tentu saja suami memiliki haq yang besar untuk memutuskan, tapi istri juga memiliki haq untuk memberi masukan, dan keduanya berhaq untuk memusyawarahkan.
.
.
Siapa yang akan lebih banyak menghabiskan waktu  di rumah, harapan-harapan yang ingin dicapai dari rumah, tetangga seperti apa yang menemani perjalanan hingga tujuan membangun rumah, terutama pendidikan anak dari rumah yang sedang ingin dibangun menjadi modal pertimbangan dimana tempat yang kira-kira tepat bagi rumah yang akan kami bangun.
.
.
Dan diantara semua pertimbangan itu, kenyamanan dari semua penghuni rumah nantinya juga menempati prioritas utama dalam pemilihan tempat.
.
.
Pentingkah rasa nyaman? Bagi kami itu penting. Baik saya, suami atau anak-anak harus merasakan kenyamanan itu. Di postingan lain semoga bisa saya ceritakan alasannya insyaAllah. 
.
.
#menulismenjejakkisahdanamal
Catatan ini ditulis di Tasikmalaya, 19 Juni 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh