Senin, 30 November 2020

Membangun Rumah Impian (bagian 5)

Well, kembali kisah tentang proses kami membangun rumah dengan fokus cerita yang bercabang. hee..
Banyak hal yang ingin disampaikan (dituliskan) hingga akhirnya tulisan tak mengikuti alur dan tema 🤭😁.
.
.
Kenapa? Sungguh saya seperti sedang berkejaran dengan waktu. Setiap orang memang sejatinya sedang berkejaran dengan waktu..
Menatap garis sakit dengan durasinya yang semakin intens, meski tentu bukan sakit yang mengantarkan kita pada kematian karena setiap yang bernyawa pasti akan mati. Tapi, dalam sakit ada banyak ibrah sekaligus waktu yang baik untuk semakin berlari mengejar segala ketertinggalan dalam kebaikan. Dan saya pun ingin berlari, entah akan bermuara dimana dan pada siapa setiap tulisan ini, saya hanya menjejak dengan harapan agar semua ini menjadi hujjah dihadapan Allah kelak.
.
.
Kembali ke cerita bahan bangunan yang menumpuk di area kebun dekat rumah Mamah selama kurang lebih dua tahun. 
Ya, kami memutuskan untuk membangun rumah di dekat rumah Mamah, area sekian belas bata bekas kebun Aki itu sebagiannya akan kami bangun rumah dan sebagiannya lagi pekarangan yang luas. Ah, saya selalu memimpikan rumah sederhana dan hangat dengan pekarangan yang luas dimana anak-anak bisa bermain dan berlarian disana, dimana saya bisa berkebun dan merasakan hangat mentari pagi disertai cericit burung pipit di atas ranting pohon.. 
Kalau memungkinkan, Ada kolam ikannya juga, tapi untuk kolam sepertinya kurang memungkinkan.
.
.
Saya tersenyum menatap mimpi saya, terasa semakin dekat ia menggelayut mesra di depan mata..
.
.
MasyaAllah, sungguh mimpi yang dibalut doa dan tekad juga kesungguhan akan Allah wujudkan dengan caraNya pada waktunya, kami meyakini itu. 
Lalu kami mulai membuat rancangan anggaran. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun pondasi; estimasi waktu pembuatan, bayar tukang dan beberapa laden, konsumsi harian, harga bahan lain yang belum tersedia semisal semen dan lain-lain, dan semua hal lainnya yang berkaitan dengan biaya kebutuhan proses pembangunan pondasi nanti.
.
.
Dada kami bergemuruh dengan cita,
Jemari kami menjabat pintuNya penuh harap disertai lirih airmata menghiba pinta, "Robbanaa, Engkau Maha Tahu semua yang kami azzamkan."
.
.
Banyak yang tahu pasti rasa seperti apa yang lahir saat merindukan terciptanya rumah impian.
Dan kami pun merasakan hal yang sama, dengan ruang sesak yang mungkin juga sama.
Semua terasa sangat luar biasa saat semua itu ternyata telah berlalu, saat ia tersimpan dalam ingatan, saat ia di kenang.
.
.
#menulismenjejakkisahdanamal
Catatan ini di tulis di Tasikmalaya, 20 Juni 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh