Saat sakit kembali menampakkan diri dalam wujudnya yang membuat tubuh terpaksa harus kembali diam rebahan di antara kasur dan selimut tebal. Dingin menyapa sedemikian erat, tengkuk terasa sangat berat, mata panas serasa melotot padahal aslinya menyipit. Kepala terasa berat, detak jantung tak beraturan dengan nyanyautannya yang membuat tangan kanan reflek memijit dada yang terasa semakin menyempit. Pandangan memburam, dan.. Bantal ini pun menjadi teman mengawal hari.
Rumah masih berantakan tak saya hiraukan. Saya hanya akan di sini seperti ini sampai semua berangsur membaik..
Apa yang terjadi? Ini kondisi yang sering saya alami, dan saya sudah terbiasa dengan ini tapi entah kenapa masih tetap mengurai rinai tiap kali ia menghampiri..
Si bungsu mengulurkan tangan menyiapkan kue Marie, air putih hangat, habbats oil, juga madu bawang putih.. Ada multivitamin juga yang dia siapkan. Baiklah, saya hanya sedang butuh ini sekarang. Lalu membaca Al-Quran dan buku terapi untuk lebih rileks. Obat saya memang rileks, lalu tidur jika kantuk datang.
Umar membereskan beberapa tugas yang biasa saya pegang. Beberapa selimut kembali terlipat rapi, kamar tidur dia rapi kan, ruang tamu dan ruang tengah juga dia bersihkan. Sebelum akhirnya dia memilih sendirian dengan beberapa tugas sekolah yang belum diselesaikan, dia di sini dengan tugas sekolah nya yang belum jua usai.
Sulung memegang tangan dan menciumnya, "ummi, kenapa tangan ummi sangat kecil? Aa minta maaf, mohon maafkan Aa."
Dengan lembut dia memijit telapak kaki, memijit tengkuk saya yang terasa sangat kaku. Sangat baik ia memijat hingga berkurang berat yang dirasakan kepala. Berkurang nyanyautannya..
Berkali dia memeluk dan mengucapkan terimakasih dan maaf nya. Ah nak, ummi yang harus minta maaf dan banyak berterima kasih pada kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar