Kamis, 17 Desember 2020

Di Jembatan Awi Ini..

Kita pernah - sering- melewati pematang ini bersama,
Jembatan awi ini bersama,
Menikmati pemandangan ini bersama
Sambil menceritakan hal-hal kecil tentang diri kita masing-masing, ta'aruf awal-awal kebersamaan kita sejak proses ijab Kabul.

Engkau bercerita tentang setiap petualangan yang kau lalui bersama teman-teman masa kecilmu..
Aku menyimak semuanya, dan menyimpan semua kisah yang kau ceritakan...di sini... Di hati yang tak mungkin bisa kau lihat..
Sejak saat itu sampai hari ini, kisah yang kau ceritakan selalu terasa menyenangkan untuk disimak..

Ah, aku bukan hanya menyimak kisahmu,
Tapi juga membayangkan keseruan dan bahkan keusilan yang kau buat bersama teman-teman masa kecilmu itu..
Sebagai engkau saat itu, mungkin rasa senang yang bergemuruh dihati..
Dan jika aku berada di posisi orang dewasa, mungkin aku akan marah mendapati keusilan kalian yang merobohkan 'pancuran' milik aki Bahrum di jalan menuju ciseupan...
Meski jika orang dewasa itu adalah aku, marahku mungkin akan berakhir tawa... Ah, aku tak bisa marah pada anak kecil yang sedang menyimpan jejak..

But wait,
Saat itu, engkau sudah beranjak remaja..seperti katamu.
Namun tetap saja, jika aku orang dewasa yang menyaksikanmu melakukan keusilan seperti itu, aku hanya akan menegurmu sambil menyimpan senyum dihati dan bergumam disana, "simpanlah sejarah indah ini!"

Ah, selalu senang mendengar kisah petualangan masa kecil bahkan hingga usia dewasamu..
Aku, tidak menyesal pernah -sering - melalui sekian banyak perjalanan di pematang itu bersamamu, di awal-awal pernikahan kita.

Aku, aku bercerita tentang masa kecilku yang pernah melewati pematang ini bersama Ayah dan Tetehku, teh Nia.
Aku juga pernah melalui pematang ini sambil memegang ujung jilbab mamah karena hampir terjatuh..
Seperti kau lihat, bahkan sampai hari ini aku masih sering hampir terjatuh di pematang ini...

Waktu itu terasa indah,
Dan saat semua berlalu dan tinggal pada memori bernama kenangan, sesuatu yang tetap kurasa indah itu tetap saja mengundang air mata untuk sekedar menumpahkan rindu...

Ah, nostalgia... Selalu berselimut riak saat dikenang..

Dan kini,
Kita kembali melewati jembatan awi ini,
Pematang-pematang ini,
Sepulang dari berjalan menembus panas cuaca pagerageung siang ini..
Kembali berkisah, tentang belasan tahun yang kita jalani bersama
Tentang anak--anak yang tumbuh semakin besar
Tentang masa kecil mereka yang satu persatu mulai ditinggalkan berganti episode baru lainnya dalam kehidupan mereka

Berkisah tentang belasan tahun lalu saat kita pernah -sering- melalui pematang ini bersama
Saat salah satu di antara kita menggendong bayi kecil yang Allah titipkan melalui rahim ini..
Saat itu kau berucap pada Quthb yang kini mulai beranjak remaja, "nak, berjalanlah di atas jalan kebenaran! Jadilah sosok yang tak pernah surut menyuarakan bahwa yang benar itu benar, dan yang bathil itu bathil. Jadilah bintang yang cerah di langit zaman!"
Entah Quthb faham atau tidak, namun engkau tetap dan selalu dan terus mengulang kalimat yang sama
Saat beristirahat sejenak dari menggendong
Disana, di atas jembatan awi itu..

Dan lagi,
Kita berkisah tentang semua itu..
Semua yang pernah kita lewati bersama
Dan semua tentang anak--anak
Tentang hari kemarin, hari ini, dan esok serta kelak...


Catatan ini di tulis di Tasikmalaya, 18122016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh