Well, seperti yang pernah saya janjikan beberapa waktu yang lalu, saya akan
meneruskan menjejak kisah selama belajar di KMO.
Apa sih KMO itu?
Apa motivasi ikut KMO?
Apa sih KMO itu? KMO itu kepanjangan dari Kelas Menulis Online. Sebenarnya
anda bisa googling dan searching sendiri di internet tentang KMO atau mengikuti
akun media sosialnya untuk tahu lebih banyak tentang KMO. Setelah searching
apalagi kalau anda mau ikut KMO nya, saya yakin anda bisa berseru kegirangan
sambil mengatakan dengan penuh keyakinan, “Saya bisa menulis.” Lalu anda mulai
ketagihan menulis ataupun ikut KMO batch selanjutnya. Saya sendiri sekarang
berada di batch 29, tapi sudah berazzam untuk ikut batch selanjutnya insyaAllah
sambil tetap mengasah kemampuan menulis. Ada yang mengatakan kalau menulis itu
butuh jam terbang, jadi sambil belajar juga sambil mengaplikasikan yang sudah
diajarkan.
Selain itu, menulis juga butuh keberanian. Berani mengakui diri sebagai
penulis dan berani mempublikasikan tulisan. KMO menjadi kesempatan yang baik
untuk mendapatkan keduanya. Di KMO kita di motivasi untuk mengikrarkan diri
mengakui kalau kita itu penulis, di berikan keyakinan kalau kita bisa nulis,
kita juga di tuntun untuk menulis dan berani mempublikasikan tulisan kita.
Penting ya tulisan di publikasikan?
Begini ya teman, saat menulis atau memutuskan untuk menjadi penulis,
pastilah kita punya tujuan atau motivasi. Terutama bagi saya yang ingin
menjadikan tulisan saya sebagai penjejak langkah membangun generasi, menulis untuk
peradaban. Tak mungkin kan kalau ingin membangun peradaban tapi tulisan yang
kita buat hanya bisa di konsumsi sendiri, harus ada yang tergerak dengan
tulisan saya an tak mungkin ada yang tergerak kalau hanya saya sendiri yang
bisa membaca tulisan saya. So, harus ada yang membaca tulisan saya.Dan KMO
menjadi langkah baik bagi saya untuk mengapresiasi diri saya sendiri meski saya
masih belajar dengan meyakini kalau, “SAYA ADALAH PENULIS DAN SAYA SIAP
MEMBANGUN PERADABAN DENGAN TULISAN SAYA.” Saya berdebar sendiri saat
menuliskan ini, ini keyakinan yang
membuat saya tak khawatir atau terbersit rasa malu untuk tetap menulis.
Pertama kali kenal KMO dari Kak Trias, moderator pelatihan menulis fiksi
dari SIP Publishing. “Ummi, barangkali mau ikut KMO?” tanya nya di chat sambil
menjelaskan apa itu KMO. Saya langsung mengiyakan dan mengisi link yang kak
Trias kirimkan saat saya bilang sangat ingin ikut.
Beberapa pertanyaan ditanyakan, seperti nama, usia lalu genre kelas yang
akan kita ambil dan siapa yang merekomendasikan. Dengan penuh keyakinan saya
tuliskan genre non fiksi, well saya fikir saya harus mengikuti kelas non fiksi
dulu dengan keyakinan bahwa saya lebih mudah di genre ini. Tentu saya sangat
ingin belajar menulis fiksi, insyaAllah setelah batch ini selesai saya akan
mendaftar lagi untuk belajar non fiksi lagi. Lho? Saya merasa saya masih akan
butuh belajar non fiksi lagi, sampai saya siap untuk belajar fiksi di batch
selanjutnya lagi.
Setelah siap?
Tepatnya sih saya membutuhkan lebih banyak waktu untuk berrdiam di satu kelas
sampai saya benar-benar yakin saya sudah bisa mengikuti kelas selanjutnya. Sampai
saya merasa cukup di kelas ini meski saya yakin saya tidak akan merasa cukup.
Kalau saya katakan saya tipe yang senang belajar atau belajar adalah hobby
saya apakah anda akan percaya? Anda tak harus percaya tapi memang itulah saya.
Saya menikmati saat-saat dimana saya bisa belajar dan tak pernah merasa cukup
saat belajar satu hal. Saya bisa duduk berlama-lama hanya untuk mempelajari
satu hal, ya satu hal sampai saya yakin saya harus mempelajari yang lainnya dan
begitu seterusnya.
Agak lama saya menunggu kepastian berhasil masuk KMO atau tidak, setiap
melihat WA berharap ada jawaban. Qodarulooh setelah sekian lama menunggu ada
sebuah pesan WA masuk memperkenalkan diri dari KMO, kalau tidak salah dari PJ
nya langsung, dari Kak Rurry Kaimuddin. Sangat ramah isi pesannya,
memperkenalkan diri kalau dia dari KMO Indonesia dan meminta biodata diri saya
kembali lalu memberi link telegram KMO Indonesia dan nama akun IG juga FB KMO
untuk di pelajari selama saya menunggu dimasukkan group KMO. Saya langsung
masuk dan menginvite link yang diberikan kak Rurry dan asyik belajar melalui
yang saya baca sembari menunggu masuk group.
Masuk KMO, Kesan dan Tekad
MasyaAllah laa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adziim, dan disinilah saya
sekarang berada, di KMO batch 29.
PJ kami luar biasa baik dan shabar. Hee..
Usia saya mungkin sudah tidak muda lagi, loading berpikir saya kadang agak
lama. Jadi saya sering japri kak PJ untuk meminta penjelasan lagi tentang
banyak hal yang belum saya fahami. Kak Rurry, Kak PJ kami ini memberi
penjelasan dengan penuh shabar. masyaAllah, KMO termasuk PJ dan para pemateri
mematahkan anggapan sebagian orang yang sering mengatakan, “tak ada yang gratis
dalam hidup.” Apalagi perkataan, “mana ada orang yang mau bagi ilmu Cuma-Cuma.”
Mereka boleh saja mengatakan itu, tapi KMO mematahkan anggapan itu. Sering
terpikir , “masyaAllah, luar biasa KMO ini. Berbagi illmu dan bershabar
mengajari dan menuntun tanpa pamrih.” masyaAllah.
Cuma-Cuma tapi tidak percuma. Di sisi Allah tidak ada yang percuma, Allah
kan mencatatnya sebagai kebaikan dan jariyah kebaikan yang pahalanya kan
mengalir deras meski raga telah terpisah dari jasadnya. masyaAllah visi yang luar
biasa.
Di KMO kepercayaan diri kami dibangun, motivasi kami menulis di apresiasi
lalu di beri ilmu yang membuat kami semakin berhasrat untuk menulis. “Semuanya
karena cinta. Cinta pada kebaikan agar tersebar luas, cinta karena manfaat yang
bisa di gali pembacanya.” Kalimat ini saya dapat dari materi pertama, dari Kak
Tendi Murti.
Apa yang anda rasakan saat membaca kalimat itu? Kalau saya, saya merasa di
beri keyakinan kalau saya menulis itu semua karena cinta. Bukan hanya mencintai
aktivitas menulis tapi juga karena mencintai perbuatan baik dan ingin agar
kebaikan itu tersebar luas dan dapat di gali manfaatnya oleh orang lain.
Khoirunnaas ‘anfa’uhum linnaas, sebaik-baik kalian adalah yang paling
bermanfaat bagi yang lain. masyaAllah, dengan menulis dan menebar kebaikan dari
tulisan kita, tekad untuk menjadi sebaik-baik manusia bisa terwujud.
Bismillahirrahmaanirrahiim, mungkin tulisan saya masih tak memenuhi kaidah
tulisan yang seharusnya, manfaat yang diharapkan bisa dirasakan orang lain pun
bahkan mungkin sekedar angan, tapi saya tak akan surut dengan kekurangan saat
ini, saya akan menulis dan tetap menulis sampai jatah usia saya habis.
Seperti kata kak Tendi, “Saat kamu bilang, “oke, writing is not my
passion!” saya akan jawab dengan teriak: “Hey, it’s not about passion guys.” “
ya, saya juga akan teriak dengan lantang dan katakan, “Hey, it’s not about
passion!”
“Ini tentang
cita-cita dan motivasi!
The question is,
“why we have to write a book?”
Hobi?
Gaya-gayaan? Pengen di anggap keren? Pengen terkenal? Karena pengen banget yang
pengen nulis supaya di anggap keren.
Padahal, ketika
kita menulis, sesungguhnya kita sedang berusaha mengubah pola pikir yang
membacanya?
Kenapa kita
harus menulis? Karena sudah waktunya kita membuat sebuah perbaikan.
Terlalu banyak
buku yang merusak pembaca, tapi sebagai penulis terlalu sibuk dengna berpikir
bahwa nulis itu bikin kaya.
Bisa kaya, bener
bisa banget. Tapi kaya ini hanya efek saja. Uang itu hanya efek dari sebuah
pemikiran besar kita tentang sebuah perbaikan.Jika kita hanya terpokus pada
keuntungan materil, maka Allah akan ngasih dan cukup sampai di situ saja.Tapi
ketika kita punya impian besar untuk memperbaiki keadaan, banyak orang yang
akan bantu kita.. masalah dana? Allah yang akan ngatur..” MasyaAllah, kalimat
demi kalimat dalam materi yang disampaikan di materi pertama oleh kak Tendi
Murti membuka cakrawala harapan kami akan motivasi yang sudah kami azzamkan.
Hari ini disini saya mengikrarkan diri menulis untuk sebuah alasan yang agung,
insyaAllah sebuah alasan yang bukan hanya berkutat seputar materitapi sebuah
kebaikan dan perbaikan dengan harapan Allah Ridha dan jadikan ini sebagai
hujjah di hadapan Allah kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar