Jumat, 18 Desember 2020

Benar Saja, Nak.


Benar saja, Nak..

Banyak yang telah berlalu, menjadi kenangan kemudian dirindukan kembali
Setiap episode perjalanan kalian setiap harinya, setiap jamnya, setiap menitnya, setiap detiknya
Menjadi episode-episode berharga yang terangkai menjadi kisah penuh makna yang seringkali kami abaikan hingga akhirnya kami menyesalinya

Kemana saja kami saat kalian masih kecil?
Kemana saja kami saat kalian menangis di waktu kalian kecil?
Kemana saja kami saat kalian tertawa di waktu kalian kecil?
Dimanakah kami saat kalian ingin bercerita dan berbagi kisah yang menurut kalian menarik untuk diceritakan?

Subhanalloh Nak, 
Kalian kini sudah besar..

Beberapa tahun sejak hari itu aa Quthb tak lagi bermain seperti itu,
Tak lagi bergurau seperti itu,
Ummi pun tak lagi di titipi tumpukan cucian bekas guyang seperti itu
Tak lagi bisa mendengar gelak tawa dan teriak keceriaannya yang seperti itu
Semua kini tergantikan episode lain yang penuh kesungguhan akan visi hidupnya 
Semua kini tergantikan episode lain yang tak lagi sama seperti dulu waktu kalian akan berlari ke pelukan ummi saat kalian bersedih... 

Subhanalloh Nak,

Aa Umar pun tlah mulai menjajaki masa menghadapi usia pemuda nya, hingga akhirnya ummi benar-benar seolah tak pernah menghadapi anak laki-laki kecil yang gemar guyang di Balong dan sawah mah Dede
Ummi juga lupa bagaimana rasanya setiap hari mendapati pakaian kotor penuh tanah sawah yang kalian simpan di tumpukan cucian paling bawah
Ummi juga lupa bagaimana rasanya mendapati seragam sekolah dan seragam Diniyah yang penuh dengan tanah sawah
Ummi juga lupa bagaimana rasanya saat menghadapi para penggarap sawah yang laporan tentang keusilan kalian merusak tanaman padi mereka
Ummi juga lupa Nak, karena yang ummi tahu ummi tersenyum mengingat itu semua seperti ummi tersenyum saat dulu kalian minta maaf, "ummi, maaf sudah memberi ummi banyak cucian."



Teteh Aufa yang selalu ingin duduk disamping ummi, meminta 'disiaran', tasmi, atau selalu ingin tahu isi diary ummi kini juga mulai beranjak besar.
Tak dapat lagi ummi dengar lembut suaranya memanggil, "abi ngiring." setiap kali Abi nya menghidupkan motor.
Tak ada lagi sosok mungil yang duduk di atas jok motor di awal pagi yang meminta Abi nya berkeliling.
Tak dapat lagi ummi dengar rengekannya meminta tidur bersama dan dibacakan kisah menjelang tidur seperti biasanya.
Tak ada lagi memo kecil berisi pinta ummi untuk menyelimutinya saat ia telah lelap.
Tak dapat lagi ummi dengar dia meminta ummi untuk merapikan rambutnya.



Olin tak lagi minta di mandikan, tak lagi minta di tuntun untuk menulis dan membaca.
Dia sudah mulai memilah baju yang tepat untuk dia pakai, merapikan rambutnya sendiri, merapikan lemarinya sendiri, membereskan kamarnya sendiri..

MasyaAlloh Nak,
Semua itu sudah berlalu... Sudah benar-benar berlalu ternyata
Saat kini ummi menyeka airmata yang tiba-tiba mengalir jatuh ke pipi
Dan ummi mencoba mengingat kembali seperti apa kalian di waktu itu
Hingga bertambah rasa syukur dihati atas karunia kehadiran kalian yang mengajarkan banyak hal pada kami, serta mengingatkan kami akan ke agungan Allah..

Maha suci Allah, tidaklah IA menciptakan kalian kecuali dengan tujuan yang pasti.
Alhamdulillah... Segala puji bagi Allah yang telah menitipkan kalian melalui rahim ummi

Hatur nuhun Aa Quthb, aa Umar, teteh Aufa, de Olin. hatur nuhun Nak, hatur nuhun untuk menerima ummi menjadi ummi kalian ...
Semoga Allah Ridho atas ummi dan kalian...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh