Rabu, 18 Agustus 2021

Ibu, Apa Yang Membuatmu Lemah? (part 1)

    Aku memegang gelas teh ku yang sudah kosong. Menatap satu persatu orang-orang yang ada di ruangan berukuran 4,5 x 3 meter ini. Di depanku ada Emak, beberapa saudara Bapak dan saudara-saudara suamiku. Disini riuh, tapi hatiku tertinggal jauh di tempat lain. Ruang ini penuh dengan gelak tawa dan kebahagiaan, tapi hatiku berada nun jauh disana. 

    Mendapati kabar kepulangan putriku dari pondok membuatku tak bisa fokus dengan diriku saat ini, aku hanya menatap gelisah menunggu kepulangannya dari sini. Apalagi saat mendengar ia yang kami rindukan sudah di perjalanan. 

    Kembali ku usap hati, sungguh hati ini hanya hati seorang ibu. Sebenarnya kalimat itu sudah menguap saat aku memilih mengazzamkan diri kalau aku ikhlas dan berlapang dada. Tapi seringkali ada saja sapa kerinduan menghampiri hingga rinai menderas dan sesaknya mendekap erat. 

    Padahal aku tahu pasti, aku tak boleh menjadi ibu yang GeeR, aku hanya harus menguatkan hati. Seharusnya itu tak sulit, karena seorang ibu sejatinya tercipta dengan desain unik seperti itu, desain unik yang membuat seorang ibu (siapapun dia) harus kuat, harus lebih tegar, harus lebih tahan banting dan tidak epesmeer saat menjalani peran. Ibu juga tak boleh hanyut dengan perasaan yang senantiasa dibenarkan sebagai rasa keibuan semata. 

    Astaghfirullahalazim.. Kembali ku kuatkan tekad, kembali ku ikrarkan azzam. Sungguh aku ingin menjadi ibu yang kuat agar kelak terlahir generasi (anak keturunan) yang jua kuat. Aku ingin tekadku untuk menjadi ibu yang visioner itu benar adanya bukan hanya sekedar narasi semata. Visiku melahirkan generasi yang khairu ummah, bukan hanya anak-anakku tapi juga keturunanku secara keseluruhan, anak cucu hingga generasi seterusnya. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah Muhasabah Wisuda Tahfidz