Senin, 21 Desember 2020

Khalif dalam ingatan..

Kepergian Khalif hari sabtu kemarin menyisakan duka tersendiri di hati kami. Dia salah satu teman Umar sejak kelas 7 Mts. 

Pernah beberapa kali ke rumah. Selain waktu menjenguk Umar yang saat itu sedang sakit, Khalif juga pernah ke rumah saat mengantar Umar pulang sekolah. Jarak sekolah Umar dari rumah cukup jauh, beruntungnya Umar memiliki teman yang bersedia mengantar pulang. 

Saat itu hujan turun agak deras, Umar pulang dengan pakaian yang basah kuyup dengan 2 orang temannya, "teman-temannya suruh masuk, Nak. Kasihan kehujanan!"

Tapi namanya anak laki-laki, Teman-teman Umar memilih duduk di teras menikmati hujan, tepatnya menunggu hujan reda untuk kembali pulang ke rumah masing-masing yang sekali lagi jaraknya cukup jauh. 

"Ummi, boleh Umar nyeduh kopi buat teman-teman Umar?" Tanya Umar. 

"Kenapa hanya kopi, dik? Ayo beli mie yang besar, siapkan buat teman-teman adik!" Sambil memberinya 2 lembar 10 ribuan saya minta dia membeli mie yang masing-masing berisi 2. Hmm apa ya namanya? Oh iya mie sukses isi 2.

"Terlalu banyak mi. Teman-teman Umar lebih suka mie rasa kari."

Sampai pada ingatan itu, airmata tiba-tiba menderas.. Duhai kenangan, bahkan untuk yang jarang berinteraksi sekalipun, saat kehilangan lalu berubah kenangan tetap saja meninggalkan pilu 😭. 

Saya kembali ke rumah. Umar terbiasa menyiapkan makanannya sendiri, umar juga tipe yang tak suka saya turun tangan membantu saat dia ingin mengerjakan sendiri. Saya lihat teman-teman nya tak sedikitpun merasa kedinginan, baju sekolah yang mereka pakai saat datang di lepas di angin-anginkan di jemuran. "Pakai baju Umar dulu ya! " Saya hampiri mereka sambil menyodorkan pakaian Umar. Alhamdulillah mereka mau menerima meski terlihat kikuk. 

"Teu kedah ngarepotkeun, Bu." Jawab mereka serempak. 

"Ummi teu ngaraos repot. Sok di gentos. Hayu atuh di lalebeut, tiris!"

Tapi mungkin mereka lebih suka di luar, jadi mereka tetap di luar. 

Umar datang dengan 3 mangkok mie dan 3 gelas moccacino panas. Saya tinggalkan mereka dan kembali ke agenda membaca. Sampai kemudian sekitar 1 jam kemudian Umar memanggil, "Mi, teman-teman Umar mau pulang."

MasyaAllah, ini salah satu yang saya sukai dari teman-teman Umar. Mereka tak lupa pamit saat mau pulang, seperti juga mereka bermanis adab saat datang. MasyaAllah sungguh itu adab yang baik. 

Hari lainnya bertemu Khalif saat kami menjenguk Umar yang sedang mondok di al munawaroh. Saya yang sering lupa nama biasanya akan bertanya nama dulu setiap kali berjumpa murid suami atau teman anak-anak, "siapa namanya?" Jangan bayangkan tanya yang tegas karena nada suara saya kata Umar mah sangat lembut kalau bertanya teh 🤭

"Khalif."

Berkali bertemu kembali setiap kali menjenguk. Terakhir bertemu saat perpisahan sekolah, meski kabarnya masih sering saya dengar dari Umar. Kadang Umar bercerita sedang main game bareng, atau mau ke gunung sama salah satunya Khalif. 

Lalu, sabtu sore itu suami mengabarkan, "mi, khalif teman Umar pupus." Lemas sekali setiap sendi hingga sesak terasa, padahal malamnya saya harus mengisi kajian rohis SMK. Saya benar-benar lemas hingga kesulitan berdiri.. 

Khalif, dia teman pertama yang mengajak Umar main ke rumahnya. Teman pertama yang rumahnya Umar kunjungi adalah rumah Khalif. Hari itu, Jum'at pertama Umar di MTs setelah tak lagi tinggal di Bu Dede. Sebelum jum'atan Khalif mengajaknya ke rumahnya karena khawatir Umar harus menunggu sendirian di masjid, "Umar di suguhi mie, telur dan nasi goreng." Cerita Umar hari itu. 

Lalu semua kisah itu kini menjadi kenangan.. 
Saat kami tlah sama-sama mengazzamkan, "dik, ingatlah semua yang berbuat baik padamu. Balaslah semua kebaikan itu dengan berlipat kebaikan! Lupakan semua yang tak menyenangkan dari siapapun yang membuatmu tak nyaman, dan berbuat baiklah dengan sebaik-baiknya! "

Qodarulloh 'alaa kulli syaiin.. Allah lebih mencintai Khalif. 

Selamat jalan Khalif, semoga tempat terbaik disisiNya untukmu, shalih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh