Selasa, 22 Desember 2020

Aba Azri Sang Penggerak (bagian 1)

Well, sekarang saya ingin menulis ulasan tentang buku trilogi yang saya baca beberapa hari ini. Hmm sebenarnya salah satu buku nya sudah saya baca beberapa minggu yang lalu, tapi karena beberapa kesibukan qodarulloh baru bisa selesai semuanya sekarang. Alhamdulillah biidznillah Allah beri saya kesempatan membaca buku-buku yang MasyaAllah sangat bagus ini sekaligus mengenal Aba Azri yang menjadi tokoh di buku ini serta penulis buku ini sendiri. Alhamdulillah 'alaa kulli haal. 

Sedikit kisah tentang keberadaan buku ini, MasyaAllah ini tak lepas dari kebaikan Aba Azri yang mengirimkannya langsung ke rumah, tidak tanggung-tanggung, 3 buku sekaligus dan beberapa liter susu kefir beliau antarkan ke rumah. MasyaAllah, maka tak salah jika anda kebetulan membaca buku ini dan mengenal sendiri sosok Aba Azri anda pun akan refleks berucap, "ya, inilah memang Aba Azri, sosok inspiratif dengan semangat berbagi yang tinggi. Berbagi ilmu, berbagi materi, berbagi peluang kebaikan, ya inilah memang Aba Azri yang saya kenal." Karena saya sendiri pun langsung berujar seperti itu setelah membaca buku-buku ini. 

Sebenarnya saya tak tahu harus memulai membaca dari buku yang mana, tapi saya tertarik untuk membaca buku ini dulu. Aba Azri "Sang Penggerak", saya suka pemilihan judulnya, Sang penggerak. Ya, sekali lagi, inilah memang Aba Azri yang saya kenal, beliau sosok penggerak yang selalu tampil paling depan terutama dalam pemberdayaan ummat. 

Beliau membuat dobrakan gerakan baru di daerah kami dengan menyediakan wadah pelatihan bagi guru-guru PAUD dan RA melalui yayasan yang beliau emban, yayasan amal ikhlas mandiri. Yayasan amal ikhlas mandiri, kenyataannya yayasan ini sesuai namanya, beramal ikhlas dan mandiri. MasyaAllah

Di buku ini kita bisa melihat sosok Aba Azri dari mulai seperti apa beliau, bagaimana beliau kepada ibunda beliau, bagaimana masa kecil beliau dan bagaimana jejak pendidikan beliau serta semua hal tentang beliau. 

Di sini kita bisa melihat gambaran all about Aba Azri tanpa ada satupun yang dikurangi atau dilebih-lebihkan. Kita (pembaca) bisa melihat seperti apa sih Aba Azri itu; ciri fisiknya, pemikirannya, visi dan misi nya dan lain sebagainya. Buku ini sangat mewakili untuk mengenalkan sosok Aba pada para pembaca. Dan sekali lagi, saya sendiri bisa melihat sosok yang, "inilah Aba Azri." Seperti yang diuraikan penulis di buku ini. 

Sedikit saya ingin mengutip gambaran Aba Azri pada Ibundanya yang saya baca di halaman 6-7, "Sebagai bentuk rasa sayang, penghargaan dan penghormatan pada seorang Ibu menghantarkan Aba Azri mencanangkan sekolah Ibu. Sekolah yang dikhususkan bagi para aibu untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan serta skill dalam kenangan anak dan keluarga. Materi kesehatan dan gizi berbasis agrarisme dan herbalisme juga diajarkan disini. Program Sekolah Ibu, Aba percayakan kepada Bunda Susan Tea yang dibantu oleh bunda Nia Indah Pujiati."

MasyaAllah.. Cinta dan bakti pada Bunda yang melahirkan amal yang nyata, amal yang InsyaAllah menjadi kado jariyah sebagai kado terbaik bagi orang tua. 

Oh ya, di buku ini kita juga bisa melihat masa kecil Aba yang suka naik pohon, diantaranya pohon kelapa. Kalau melihat Aba sekarang, rasanya tidak terbayang Aba suka manjat pohon. Hee.. Aba itu meski sangat aktif tapi tidak terlihat seaktif itu untuk manjat pohon. Tapi itulah masa kecil Aba, dan mungkin itu juga yang menjadi cikal bakal Aba bergerak tinggi dalam pengabdiannya yang tanpa pamrih.

Disini juga diceritakan tentang kedermawanan Aba. Tentang kedermawanan beliau, saya memiliki kisah tersendiri tentang itu. Saya mungkin lupa tepatnya kapan, tapi saya tidak lupa dengan kebaikan yang saya terima dari siapapun yang berbuat baik termasuk dari Aba Azri.

Saat itu saya membimbing anak-anak SMK yang mau ikut lomba Nasyid se priangan timur di kota Tasik. Beliau memberikan selembar amplop berisi uang, "untuk ongkos" kata beliau dan beberapa botol kefir berukuran besar serta amplop lainnya, "ini buat Ibu." lanjutnya. Beberapa botol kefir beliau titipkan untuk anak-anak yang mau ikut lomba dan yang mengantar. MasyaAllah kalau hanya melihat keuntungan dunia semata, tentulah beliau tak akan berbagi sebanyak itu. Dan itu tak hanya terjadi satu kali, beberapa kali beliau mengirim kefir ke rumah kami. 
Pernah suatu hari, tak sedikitpun beras atau sepeserpun uang di tangan, sedang kami enggan berbagi resah dengan orang lain, pun dengan orang tua kami sendiri. MasyaAllah sungguh Maha hebat dan Maha baik Allah menyiapkan rencana, mengetuk hati hambaNya. Aba Azri mengetuk pintu rumah kami mengirim beberapa botol kefir, sekeresek beras dan masyaAllah didalamnya ada amplop berisi uang yang bagi kami itu jumlah yang tidak sedikit.

"hatur lumayan, Bu." beliau bergegas kembali naik motor setelah menyerahkan bingkisan, "masyaAllah pak Wawan jazakumullah khairan katsiran." Saya mungkin tak sopan karena menerima bingkisan tanpa berusaha menolak. Saya hanya teringat nasihat Ayahanda dulu, "Jangan menolak kebaikan orang lain, Jangan menolak saat ada orang yang ingin berbagi. Seperti yang meminjam segan meminjam karena khawatir penolakan, seperti itu juga orang yang ingin berbagi karena kebaikannya. Terima dan jangan menolak meski saat itu kamu merasa sungkan." 

sebuah pesan masuk  di messenger, "Ibu, mugia katampi. hapunteeeen teu aya maksad awon. hatur lumayan, mung sakedik mugia katampi." 
MasyaAllah, benar seperti yang Ayahanda katakan dulu, "salah satu kebaikan yang bisa kita lakukan adalah berbuat baik dengan tidak menolak kebaikan orang lain. Dia juga merasakan sungkan yang sama, karena itu berilah ia kebahagiaan dengan menerima kebaikannya, dia pun tlah menapikan rasa sungkannya untuk berbagi kebahagiaan."

Lanjutannya di bagian 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh