Sabtu, 05 Desember 2020

Membangun Rumah Impian (bagian 8)

Bahwa hasil tak mengkhianati usaha, MasyaAllah kami menjadi salah dua yang bersaksi untuk benarnya ungkapan itu.
.
.
6 bulan atau mungkin lebih kami menjeda untuk tidak membahas mimpi. Dalam senyap kami berdoa, berusaha dengan cara kami tanpa pernah saling mengusik asa.
Suami saya mengira saya sudah tak lagi menggetar asa membangun rumah, saya pun mengira demikian tentang beliau.. saking 'slownya' kami saat itu 🤭😁.
.
.
Tak ada 'rumah' dalam komunikasi kami. Kami hanya saling menguatkan kondisi kami masing-masing, bersama mengukir semua kisah dalam tawa dan tak jarang dengan air mata. 
Tak pernah ada bahasan tentang rumah..
Dan, kami menikmatinya.  Menikmati doa dan usaha kami masing-masing tanpa saling melafalkannya. 
.
.
Sekian bulan kemudian saya menyerahkan hasil celengan yang sudah saya buka dan hitung. Celengan dengan jumlah yang qodarulloh 'alaa kulli syaiin tak pernah terkira bahwa 500-1000-10000 hingga sekian rupiah yang disisihkan setiap harinya itu bisa terkumpul hingga sekian rupiah sesuai kalkulasi kebutuhan pondasi kami.
.
.
MasyaAllah, laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adziim, sungguh Allah maha segalanya.  Benar saja bahwa hasil tak mengkhianati usaha.  Saat kita berusaha dan (berusaha) untuk bersungguh-sungguh dalam usaha itu, insyaAllah Allah akan beri jalan keluar untuk menggapainya dengan caraNya. 
.
.
Hari itu kami berdua menangis dalam diam kami, inna nashrullohii qoriib, kami akan bisa kembali menuju mimpi rumah impian kami meski hanya baru bisa membangun pondasi.
.
.
"Bagaimana cara ummi bisa mengumpulkan uang ini?" Tanya suami saat itu. Ada nominal yang diluar perkiraan dan rencana, semua itu tak bisa saya uraikan.. 'Alaa kulli haal, semua itu tak kan terjadi kecuali atas kehendak Allah. 
.
.
"Saat Abi memberi ummi uang 5000 rupiah, ummi menyimpan 500 untuk celengan rumah dan 500 di celengan akhirat.  Sisanya untuk membeli tempe dan kangkung, dan kita bersyukur dan merasa cukup dengan pemberian Allah pada kita hari itu. Saat Abi memberi ummi uang 50.000 rupiah, ummi menyimpan  1/3 Di celengan rumah, 1/3 di celengan akhirat  dan kita bersyukur dan bercukup diri dengan 1/3 yang ada untuk kebutuhan makan kita. Allah cukup kan kita dan kita bahkan selalu merasa nikmat Allah sangat besar atas kita. Kita berdoa untuk rizki yang halal dan diberkahi, kita berdoa untuk kebaikan hidup di dunia dan akhirat.  Kita bermohon kepada Allah agar Allah mudahkan segala urusan kita, lapangkan hati kita dan beri kita rasa cukup atas berapapun dan apapun yang Allah beri. Sungguh sayangku, ini adalah rizki dari Allah.. seperti apa kita berusaha menyimpan kemudian menghitungnya, semua ini tak kan ada kecuali atas kehendak Allah. Ummi meminta padaNya agar Allah bimbing kita untuk menjaga Izzah dan iffah kita, agar kita tak membangun rumah kecuali karena ketaatan kepada Allah. Sayangku, bukan karena kita uang ini ada, ini adalah karunia yang besar dari Allah."
.
.
Alhamdulillah, hari itu kabar baik yang dibingkai dalam beragam tarbiyah dengan wajah lainnya menghampiri kami. Lalu kami kembali bergegas menapak langkah membangun rumah yang diimpikan.
.
.
Setelah sekian tahun merajut asa, Alhamdulillah biidznillah rumah impian kami seolah sudah didepan mata.
.
.
#menulismenjejakkisahdanamal
Catatan ini di tulis di Tasikmalaya, 23 Juni 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh