"Berlomba kok sama orang nggak beriman, saaayyang itu." berulang kali kami memutar video kajian ustadz Adi Hidayat yang salah satu dari sekian nasihatnya adalah tentang akhirat oriented yang harus di miliki seorang muslim, di putar dan terus di putar.
Subhanalloh, sahabat, apa yang Anda rasakan saat mendengar seorang yang insyaAllah Hanif mengajak Anda berlomba dalam kebaikan?
Saya sendiri, saya menutup mata saya dan berulang kali mencoba memikirkan sekian banyak waktu yang telah saya lalui sebagian besarnya habis untuk apa.
Tiba-tiba dada saya terasa sesak saat menyadari sebagian besar waktu yang ternyata habis dalam kesia-siaan.
Mengurus dan mendidik anak karena apa? Apakah sudah diniatkan karena Allah? Dan saya mendapati banyak jawaban bercabang yang harusnya tidak ada.
Mengurus dan mendidik anak itu harus dilakukan semata karena Allah, karena mengharap ridho Allah, bukan karena hal lainnya.
Thaat dan khidmat pada suami, karena apa? Bukan hanya karena cinta manusiawi atau sekedar rasa kalau kita memang harusnya thaat, tapi haruslah karena cinta pada Allah, bukan selainnya, termasuk karena suami kita sendiripun.
Menyiapkan makanan, apakah sekedar agar anak sehat dan tumbuh serta berkembang dengan baik?
Mandi, apakah sekedar agar tubuh sehat?
Olahraga, apakah sekedar untuk menjaga kesehatan?
Berbuat baik pada sesama, apakah sekedar untuk menjaga sopan santun?
Tidak, seharusnya lah niatnya karena dan untuk Allah.
Kesehatan, kebugaran, sopan santun dan hal lainnya yang mengiringi setiap kebaikan, semua itu bonus dari Allah. Selama kita melakukan sesuatu karena Allah, berusaha karena Allah, berharap sesuatu semata karena Allah, bekerja karena Allah, dan melakukan semua aktivitas karena Allah, selama itu yang kita tuju, tak ada yang perlu kita khawatirkan setelahnya.
Allah tak pernah ingkar janji, Allah maha benar, bukankah kita meyakini itu? Lalu kenapa kita terlena oleh fikiran kita sendiri yang menganggap kekuatan tangan kita atau keteguhan hati kita yang berhasil melahirkan kebaikan dan hal-hal yang baik dalam hidup?
Lalu saya teringat ucapan seorang ustadz saat saya menghadapi ujian triwulan waktu sma saat kami sedang dauroh belasan tahun yang lalu. Beliau mengatakan bahwa seorang muslim, saat ia menyandarkan sepenuhnya kehidupannya pada Allah, ia akan berusaha sebaik-baiknya, bekerja sungguh-sungguh, mendidik anak dengan baik, mencari nafkah dengan baik, belajar dengan baik, bermuamalah dengan baik, menasihati dengan cara yang baik, santun Tutur katanya, sopan sikapnya, mulia akhlaknya nya, baik Budi pekertinya, baik pula etos kerja dan belajarnya, dan semua kebaikan akan terkumpul pada dirinya diantara setiap kekurangan yang menjadi fitrahnya.
Astaghfirullohal 'adziim... Astaghfirullohal 'adziim... Dan ucapan istighfar akan lebih berarti saat kita merealisasikannya dalam amal nyata. Perbaiki amal.
Ah, tentu saja ini susah. Talbis iblis datang dengan aneka rupa yang menipu dan melenakan seolah itu kebenaran. 'Audzubillahi minasysyaithoonirrojiim... Semoga Allah melindungi kita dari godaan syaitan yang terkutuk.
Apa yang kurang dari keislaman kita? Bukankah Allah telah memuliakan kita dengan Islam? Maka bersyukurlah dan berpegang teguh lah dengannya wahai saudaraku yang mungkin sering bimbang dengan agamanya sendiri.
Dan untuk diriku, duhai jiwa yang nantinya akan dikembalikan pada Robbnya, apakah Allah belum cukup untukmu? Lalu kenapa berlomba mengejar sesuatu untuk dan karena yang selainnya?
Duhai diriku, sungguh, setiap jiwa akan mati, terkubur dimakan belatung bersatu dengan tanah, lalu dibangkitkan kembali untuk mempertanggung jawabkan setiap desah nafasmu di dunia dimana engkau mengais amal, pada saat itu, pada siapa engkau minta pertolongan? Pada jajaran piagam penghargaan atau pujian manusia kah? Pada decak kagum manusia kah? Atau pada dirimu sendiri? Tidak, demi Allah tidak. Semua itu tak dapat menolongmu.
Aduhai diriku...
Wilujeng enjing sahabat 🥰
Balananjeur pagi ini masih terasa dingin, subhanallah sangat dingin sehingga selimut terasa sayang untuk di sibakkan. Tapi seorang muslim tak mungkin terlena dengan sesuatu yang membuat dirinya bermalas-malasan hingga menghindari sesuatu yang lebih berfaedah bukan? Hee...
Abdi, Defa S Hidayat, hanya ingin berbagi kesan. Semoga Allah Ridho atas saya dan anda, atas kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar