Semalaman tercekat dalam sakit yang sangat, aku menyadari ada yang lain yang terjadi di tubuhku, namun aku tidak mau mencari tahu lebih jauh atau memeriksakan diri lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya. Mencari tahu hanya akan melukai dan aku memilih untuk tidak terluka, ya aku tahu ada yang lain di tubuh ini yang mungkin saja akan menjadi bom waktu suatu hari nanti.
Tetapi sekali lagi, aku hanya akan diam dan menuliskannya disini hingga suatu hari saat aku tiada setidaknya apa yang ku tuliskan menjadi penyemangat bagi siapapun di luar sana yang mendapat ujian yang sama sepertiku. Ini seperti langkahku untuk menyampaikan pelukan hangat dariku, "bersabarlah dan tersenyumlah! engkau tidak sendiri, aku memahami apa yang engkau rasakan."
Meski mungkin saat itu aku sudah berkawankan harapan doa tetapi setidaknya tulisanku bisa menjadi jariyah empati dariku.
Aku ingin menangis, ah tidak karena aku memang benar-benar menangis saat ini pun saat aku merasai ngilu itu. Jemari kekar mengusap peluh di keningku lembut, menyuapiku dengan sesendok madu dengan bawang putih tunggal yang terasa kecut di lidah. Ku kunyah bawang putih itu dan ku telan dengan bantuan segelas air putih hangat yang dia sodorkan. Aku kembali mentasbih dzikir, kalimatku mengalir di dadaku, sungguh aku bersyukur masih merasa meski rasa itu bukan sesuatu yang mengenakkan tapi justru sebaliknya. Aku bersyukur masih merasakan sakit ini meski hatiku menginginkan sebaliknya.
Hari ini, Senin, 25 Januari 2021 di samping rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar