Rabu, 18 Agustus 2021

Ibu, Apa Yang Membuatmu Lemah? (part 3)

Hari kepulanganpun tiba, tak banyak yang  bisasaya siapkan. Inginnya sih saya siapkan makanan kesukaan dia atau sekedar penyambutan hangat buat dia, tapi qodarullah kabar kepulangan saya dapat justru saat saya dalam perjalanan ke Salawu. Jadi hanya bisa menangis sepanjang perjalanan karena tidak bisa menyiapkan apa-apa untuk menyambut kepulangan putri kami ini.

 

Inginnya sih menyiapkan nasi tumpeng dengan ayam kampung tumis kuning, membuat kue brownies favorit dia. Tapi apalah daya, saya tak bisa turun di perjalanan dan berbalik pulang. Waktu terasa melambat, antara penantian dan sedih tak bisa membuat persiapan, semuanya campur aduk.

 

Setiap waktu melihat ke arah smartphone menanti kalau-kalau ada kabar daru ustadz pembimbing yang membimbing puteri kami untuk kepulangan hari ini, berdebar setiap kali menerima panggilan atau ada pesan masuk. Duhai, hati Ibu ternyata luar biasa. Ekspresi cinta, senang, pun sedih sulit diuraikan dalam kata tapi memiliki bahasa yang luar biasa

.

Sampai akhirnya tepat beberapa saat sebelum adzan maghrib berkumandang, kami bisa memeluk puteri kami kembali. Menatapnya lebih dekat di mata kami, tingginya sudah jauh melebihi saya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya, sapa hangatnya membuat lisan serentak melafaz tahmid hingga isak pun tak tertahan, sungguh kerinduan seorang Ibu tak bisa dibandingkan dengan apapun. Hati gemerisik dengan tahmid, lisan pun meriuhkan kalimat tahmid namun air mata berderai tanpa mampu dibendung..

Duhai ibu, apa yang membuatmu tak kuasa menahan tangis?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah Muhasabah Wisuda Tahfidz