Sabtu, 30 Januari 2021

Jejak Yang Tertinggal (bagian 16)

 

Saya masih sangat kecil saat menyaksikan Apa mencari tahu apa yang bisa beliau lakukan untuk saudara-saudaranya, untuk adik-adik dan kakak-kakaknya.

 

Saat itu, rumah saudara-saudaranya belum dipasang listrik, dan beliau dengan sigap memesan pada PLN untuk 'memasangkan' listrik  rumah saudara-saudaranya yang belum terpasang listrik itu.

 

Kemudian saya menyaksikan beliau mengetuk pintu setiap rumah yang terlihat paling sederhana diantara rumah-rumah lainnya, rumah yang berisi anak-anak yatim, janda tua, atau orangtua lanjut usia didalamnya. Mengetuk pintu, bertanya kabar, dan memberi kabar bahagia dengan sebagian harta yang beliau berikan. Tanpa sedikitpun berucap pada yang lain tentang apa yang telah beliau lakukan, atau  menuliskannya pada lembar-lembar catatan dimana beliau biasa menulis.

 

Senyap, tanpa diketahui orang lain kecuali orang-orang dekat yang mengetahui dengan pasti saat itu.

Pada saat bersamaan saya menyaksikan keikhlasan dan ketawadhuan seorang istri yang memberikan dukungan penuh pada suaminya untuk menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat di sepanjang usia mereka.

 

Tidak pernah sekalipun saya mendengar keluhan atas berapapun materi yang di keluarkan suaminya untuk 'membantu' orang lain, pun jika itu untuk saudara-saudara suaminya atau saudara-saudaranya sendiri, atau tetangganya, atau orang tua dan mertuanya, atau siapapun yang tak terangkai dalam tulisan karena banyaknya.

 

Saya masih sangat kecil waktu itu dan memori saya merekam semua yang akan sulit disaksikan pada generasi setelahnya.

Dimana kebaikan seringkali disandingkan dengan, Ada udang di balik bata, eh batu atau apalah!.

Atau, "saya akan baik sama kamu kalau kamu juga baik sama saya." Mungkin seperti balas jasa or take and give

Atau,"saya hanya akan membantu segini,sorry saya masih banyak kebutuhan!"

 

Sulit bukan berarti benar-benar tidak ada, bukan?

 

Masih banyak orang yang tulus serta berhati mulia yang tak segan membantu sesama tanpa mengatakan kata tapi, "tapi keluarga saya membutuhkan ini."

Kalimat itu ia kesampingkan karena yakin orang yang meminta bantuan lebih membutuhkannya daripada dirinya sendiri ataupun keluarganya.

Allah mengutus dia untuk menyucikan harta yang DIA titipkan padanya.

 

Barokallohu lakum untuk anda yang diberi hiasan akhlaq yang baik dan hati yang selalu bersyukur dengan syukur yang sebenarnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh