Awal pagi ini Umar mengambil alih semua pekerjaan dimulai beberes rumah, nyapu, nyuci dan lain-lain, dia faham Umminya sedang dalam kondisi yang kurang baik untuk mengerjakan semua itu.
Terkadang saya masih memaksakan diri, tapi adakalanya mata tetiba menyapa kantuk yang sangat. Saya tidak tahu kenapa, setelah itu yang bisa saya lakukan hanya berwudhu lalu diam sampai kantuk hilang. Saya tidak bisa membaca saat itu, menulispun tak sanggup karena jika dipaksakan akan terasa sesak jadi saya memilih duduk di kursi ruang tamu sambil menyandarkan punggung ke dinding kursi dan berdzikir semampu saya, saya ingin tetap ingat karena itu saya pilih untuk tidak tidur meski kantuk teramat berat.
Sejak ada masalah pada syaraf tulang belakang saya memang sering merasakan kantuk seperti ini, bukan karena kurang istirahat di malam hari. Saya tidak tahu apa hubungannya dengan kondisi saya atau mungkinkah faktor umur juga berpengaruh? Olin kami sering mengatakan kalau mata saya memiliki sorot yang letih, padahal saya tidak merasa letih hanya saja akhir-akhir ini memang sering mengantuk, kantuk yang membuat dada saya sakit secara bersamaan.
"jangan banyak fikiran!" atau kalimat lain yang semisal mungkin berasal dari empati dan perhatian yang baik, tapi tidak setiap keadaan terjadi karena beban fikiran.
Setiap orang memiliki ujian hidupnya, ada yang menyimpannya namun saya memilih menceritakannya dengan harapan semoga suatu saat jika saya tlah tiada jejak-jejak yang terrtulis itu nantinya menjadi penyemangat bagi mereka yang di uji dengan ujian yang sama.
Sore ini kantuk sudah mulai berkurang namun sesak tetap menjadi pengiring setia kisah di hari ini, mulas yang sangat dan tahukah engkau sahabat saya bahagia karena saya masih tetap bisa berdiri, berjalan, berbincang dengan mamah, makan nasi putih dengan asin bolocot dan sambal di rumah mamah tadi, lalu ikut Abang mengirim berkas ke JNE dan membeli makanan ringan di perjalanan. Saya sangat senang karena hari ini masih bisa memeluk erat senyum manis shalihah kami dengan jilbab putihnya yang besar, bisa menyimak kisah sulung dengan pendaftaran SNMPTN nya yang belum difinalisasi, Umar dengan absensi kelasnya, dan Olin dengan cerita projectnya, saya juga senang saat Abang pulang dari sekolah membawa oleh-oleh nangka yang sangat harum lalu beliau mengizinkan saya mencicipi meski sedikit padahal selama ini saya tidak boleh mencicipi nangka karena masalah lambung. Saya senang dan saya bersyukur atas hari ini, atas hari dimana saya masih bisa bernafas, duduk agak lama, menyaksikan setiap polah anak-anak, atas siduru di depan hawu, atas Abang yang tak bosan menyimak kata, atas jejak dan atas jemari ini yang kembali bisa menulis jejak.
#jurnalsyukurdefa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar