Seperti biasa setiap jam ini, mendengarkan cerita Umar selalu sangat menyenangkan untukku.
Setiap dua hari dalam seminggu dia menginap di rumah uwa nya, dan tepat jam setengah 4 atau kurang dari itu, dia pulang ke rumah dengan saya atau suami yang membukakan pintu untuknya.
"Kok ummi/abi tahu itu suara langkah kaki Umar?" tanyanya jika dia pulang dengan saya atau suami yang mengenali suara langkah kakinya dari jarak berapapun yang terjangkau pendengaran.
Dan kini, kami berbincang tentang suara langkah, salah satunya. How, why, what, when, dan where tetap jadi pertanyaan yang selanjutnya melahirkan diskusi ringan anak dan ibu. Lalu bagaimana bisa membedakan suara langkah kaki yang sampai saat ini faktor 'biasa mendengar' dan feeling masih menjadi alasannya, dan suara langkah kaki siapa saja yang di kenali.
Mungkin bagi orang dewasa, bahasan ini tidak penting. Tapi sesuatu yang terlihat kurang penting bagi orang dewasa, seringkali justru sangat bermanfaat untuk anak-anak.
Mereka sedang belajar. Mereka sedang menggali, mengumpulkan dan mengolah informasi dengan caranya yang bukan tidak mungkin, metodenya jauh berbeda dengan orang dewasa.
Merek sedang berpikir. Dan mereka seringkali memikirkan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh orang dewasa.
Sakitnya aa Quthb dan Olin menjadi obrolan selanjutnya, termasuk dia sendiri yang sedang mengabaikan sakitnya.
Dia juga kembali bercerita tentang Lego besar yang rencananya akan dia beli jika uang celengannya sudah mencukupi.
"Umar, putraku sayang... Jika Umar sedang makan atau minum sesuatu, dan Umar mendapati orang lain di sekitar Umar, tawari mereka ! Allah suka hambaNya yang berbagi."
"Bagaimana kalau mereka menolak ?"
" yang penting Umar telah berusaha berbuat baik. Dan orang lain yang Umar tawari, boleh menerima ataupun menolak. Seperti juga Umar yang boleh menerima atau menolak tawaran orang lain."
Sebenarnya, ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan padanya melalui pesan di penutup obrolan tadi itu. Tapi memanjangkan kalimat pada anak justru menjadi sulit dalam penyampaian amanahnya.
Bersama anak-anak itu, fungsi telinga harus lebih di utamakan daripada lisan.
Suatu saat dia akan mengerti, bahwa yang Allah hisab dari dirinya adalah amalannya sendiri, bukan amal orang lain.
Suatu saat dia akan mengerti, bahwa memberi teladan itu bukan dengan menilai amal orang lain.
Suatu saat dia akan mengerti, bahwa berbuat baik itu tanpa di iringi imbalan ataupun penilaian kecuali dari Allah.
Suatu saat dia akan memahami, bahwa di manapun dia berada...dia adalah seorang muslim yang harus senantiasa menjaga ibadahnya, perilakunya serta jiwa dan raganya untuk selalu tunduk pada aturanNya.
"Aa Quthb, aa Umar, teteh Aufa, de Olin... Semoga Allah senantiasa menuntun langkah kalian untuk menjadi muslim dan muslimah yang Hanif dan Hanifah.!"
Catatan ini ditulis pada 30 januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar