Tahun ajaran baru yang bertepatan dengan hari raya beberapa tahun terakhir ini lumayan membuat para orang tua yang memiliki anak sekolah lebih dari satu lumayan 'repot'.
Saya teringat tulisan Ayah saya (Allohu yarham) di majalah bina dakwah yang beliau tulis di awal tahun 90 An. Beliau menulis dalam rubrik khusus 'Gerentes Hate' tentang kondisi seperti yang sedang terjadi sekarang ini.
Kondisi 'repot' di tahun ajaran baru ini sangat terasa oleh
orang tua dengan banyak anak (Apa sendiri tiap tahun menyekolahkan 5 orang anak
dan 1 sepupu kami. Jumlah yang lumayan..hee).
Dan itu terjadi pada kami sekarang, saat semua anak kembali
ke bangku sekolah sedangkan baju-baju seragam mereka harus mulai diganti karena
ukurannya yang semakin kekecilan.
Tidak, semua kebutuhan itu tidak ujug-ujug criiing ada di
depan mata.
Dengan cara apa? Mari kita lihat kiri kanan tetangga kita,
adakah yang membutuhkan uluran tangan kita?
Kita? Memangnya saya juga aghniya? Kekayaan itu semuanya
milik Allah.
Jadi?
- Sejak jauh-jauh hari, buatlah list kebutuhan untuk tahun ajaran baru sekaligus lebaran (jika itu bertepatan dengan lebaran). Tentukan anggaran maksimal untuk semua list yang di buat.
- . Buat pos tabungan khusus untuk berusaha memenuhi anggaran yang sudah di buat. Usahakan jangan mengusik pos ini untuk keperluan apapun.
- Hindari hutang. Berhutang membuat kita kesulitan mengatur pos tabungan. Menghindari bukan berarti tidak boleh sama sekali, untuk sebagian orang seringkali berhutang justru menjadi semacam pecut untuk berusaha bekerja lebih giat agar bisa memenuhi semua pos anggaran termasuk usaha melunasi hutang. Allohu a'lam.
- Membuat pos khusus dan tidak mengusiknya bukan berarti mengajak kita untuk pelit bin kikir. Membuat list anggaran lalu menabung untuk kebutuhan itu justru seharusnya membuat kita jadi semakin semangat dan bergairah untuk bersedekah lebih banyak dari sebelum-sebelumnya. Jika untuk urusan hari esok di dunia saja kita rela menabung, apalagi untuk urusan akhirat yang kekal.
- pepatah 'berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu lalu bersenang-senang kemudian' sepertinya kalimat yang tepat untuk menggambarkan proses ini. Lupakan hal-hal konsumtif, tahan dulu untuk membeli sesuatu yang tidak terlalu di butuhkan.
- Gajinya tidak cukup untuk ditabung? Jangan dulu beranggapan gajinya terlalu kecil dan sedikit untuk disisihkan, pikiran kita mempengaruhi rasa lapang dan syukur di hati kita.
Jika kita berpikir kalau rizki kita sedikit dan membuat kita
sulit apalagi untuk menabung, maka hati kita akan sempit dan akan begitu juga
dengan kehidupan kita. Sebesar apapun rizki yang Allah beri, tak kan membuat
kita merasa cukup apalagi sampai merasa berlebih jika rasa syukur tak ada
didalam hati.
Namun sebaliknya, jika kita berpikir akan cukup dan
banyaknya rizki yang Allah berikan insyaAllah Allah akan lipatkan rizki kita
dengan hati yang lapang, materi yang selalu berlebih meski nominal yang ada
seolah tak masuk akal untuk menjadikannya berkecukupan bahkan berlebih.
Rizki Allah memang tidak pernah akan bisa di matematika kan
oleh otak terbatas manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar