Ini seperti ruang me time, satu ruang diantara ruang-ruang lain yang Allah titipkan. Saya senang duduk di sini, siduru sambil menunggu nasi matang atau air untuk mengisi termos ngagolak (mendidih).
Saya senang duduk siduru disini sambil mendengarkan suara cericit burung di atas kabel, kongkorongok suara ayam nu saling bersahutan, meski api dari Hawu terasa panas tetapi udara di sekitar sini terasa sejuk dan dingin karena dapur ini masih dapur terbuka tanpa dinding di sisi kanan atau belakangnya. Saya suka saat duduk di sini.
Kadang bisa sambil membaca, atau menulis seperti sekarang atau kadang bisa sambil nyuci dan melakukan pekerjaan lainnya. Pagi ini saya hanya duduk sambil menulis dan sesekali niup Hawu yang apinya padam, bagi saya niup Hawu itu tidak semudah yang di lihat karenanya saya sering mengapresiasi diri saya sendiri setiap kali berhasil niup Hawu sampai api na ngaburahay seperti ini. Saya katakan terima kasih untuk diri saya sendiri karena bersedia melalui episode ini.
Saya senang saat duduk di sini, terasa hangat untuk yang sering kedinginan. Bisa menghangatkan kaki yang sedang di uji bengkak kembali, MasyaAllah itu sungguh anugerah. Melihat ke arah samping depan ada tatangkalan pelakan mamah, di belakang ada Torn air dan tangga menuju dapur mamah. Biasanya ada Abang, Ana dan Hujaimah memanggil, "Wawa Wang Ameung!" Tapi pagi ini mereka belum ke sini.
MasyaAllah semua ini #jurnalsyukurdefa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar