Kamis, 11 Maret 2021

Way To Aisyiyah Ciawi

Judulnya suka-suka, nulisnya juga suka-suka, namun niatnya InsyaAllah tidak suka-suka karena niatnya InsyaAllah menjejak langkah di jalan Allah dan karena Allah, InsyaAllah. 

Apa kabar hari ini, sahabat fillah? 

Sudah beberapa hari sejak teteh Aufa kembali ke Bogor saya agak jarang menyapa blog ini ataupun menyapa anda, sahabat fillah yang InsyaAllah dirahmati Allah. 

Kabar saya InsyaAllah sangat baik, jauh lebih baik di banding awal-awal teteh Aufa berangkat. Biasanya setelah teteh Aufa berangkat, sesi galau dan sedih kehilangan bisa memakan waktu yang lumayan lama. Beberapa bulan masih sering terisak karena rindu; lihat kamarnya nangis, lihat buku-bukunya nangis, lihat sandalnya nangis, bahkan lihat teman-temannya saja nangis terus. Well, here it is me, the emosional mom 🤭. 

Apakah sekarang tidak sedih? Sedih pastinya tak bisa dihindari, bahkan sekarang rasa rindu sudah mulai bergema. Tapi untuknya, saya tidak boleh menjadi ibu yang lemah lagi. InsyaAllah saya akan lebih kuat, lebih tegar, lebih lapang dan lebih ikhlas. Bukankah kalimat, "ummi ridha padamu." Tak kan berarti tanpa kesungguhan sikap. Maka bismillah, saya akan berusaha lebih baik lagi untuk sungguh-sungguh dalam merealisasikan kata ridha yang diikrarkan. 

Well, karena disini saya ingin menuliskan tentang jejak seperti yang saya tulis dalam judul di atas, biarlah tulisan awal sebagai muqoddimahnya. Ini kan tulisan suka-suka, jadi kalau pabaliut kesana kemari juga bukan masalah 😁. 

Saya bilang sama suami, "saya sedang tidak ingin kemana-mana, saya ingin duduk di rumah membaca buku."

Suami mengangguk sambil tersenyum, beliau lalu mengatakan, "maukah Abi perlihatkan sesuatu yang membuat manfaat kehadiranmu lebih meluas?"

I see, beliau tahu saya lemah untuk menolak alasan ini. Saya selalu berharap bisa menebar manfaat agar keberadaan saya bisa menjadi seperti yang diazzamkan, "khoirunnaas anfa'uhum linnaas." Saya ingin menjadi seperti itu, bukan untuk aktualisasi diri atau sekedar mengikuti keriuhan karena sungguh saya lebih suka berkawan sunyi dibanding memeluk riuh yang membuat dada bergemuruh dengan pikiran yang berangsur keruh. 

Khoirunnaas anfa'uhum linnaas.. 
Beliau tahu saya akan luluh untuk itu. 

"Of course. But i just want to be the real me, don't ask me to do something that will make me feel overwhelmed because I wouldn't like it, for whatever reason. Keep listening to me about me, ok!" Beliau mengangguk setuju, saya memang seorang istri yang tidak suka terbebani dengan hal lain di luar tugas utama saya sebagai seorang ibu dan istri. Hidup itu membuka pilihan, bukan? So that's my choice. Don't ask me why, karena saya sedang tidak dalam kondisi siap berbagi alasan apalagi di debat 😁🤭. 

Finally, saya berada di Suka Resik dengan 20 orang lainnya yang berada di ruangan itu pada hari Kamis, 11 Maret 2021 siang itu. Terdiri dari 13 ayahanda dan 8 ummahat (termasuk saya). 

Kenapa saya menyebut ayahanda dan ummahat? Tetiba saya ingat ucapan seorang teman saat meminta suami ikut pencalonan pemuda muhammadiyah, beliau tertawa sambil mengatakan bahwa usianya bukan lagi usia yang tepat untuk itu, "oh iya lupa, sudah jadi alumni ya, sudah ayahanda sekarang mah." Kata teman kami waktu itu 😁. 

Yeah, beliau kini sudah bukan stock nya lagi untuk mengisi posisi di kepemudaan, harus ada pergantian kader atau hmm apa ya namanya 🤔🤔, intinya buka peluang buat real pemuda untuk mengepakkan sayap mamfaatnya dan suami di usia kepala 4 nya ini beranjak menuju manfaat selanjutnya. Kaderisasi itu sangat dibutuhkan dan kita juga harus siap dengan perubahan yang ada.. 

Ummahat? Karena yang meriung hari itu memang ibu-ibu .. Hee.. MasyaAllah . 

Banyak hal yang di bahas hari itu, diantara semua itu ada satu hal yang paling berkesan bagi saya, that is ghirah. MasyaAllah senang sekali melihat para ayahanda dan para ibunda yang memiliki ghirah yang luar biasa. Sesuatu yang membuat saya terdiam dan berkata pada diri saya sendiri, "Dede, look at this! still busy with your own reluctance?"

MasyaAllah.. Hadza min fadhli Rabbi.. 
Catatan pertama saya tentang perjalanan menuju Aisyiyah Ciawi saya cukupkan dulu sampai di sini. InsyaAllah untuk materi yang saya tangkap selama pengajian perdana hari itu saya tuliskan di catatan lainnya. 

Balananjeur masih terasa dingin, inginnya sih tetap rebahan apalagi saat fisik kembali di uji seperti pagi ini. 'Alaa kulli haal Alhamdulillah.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh