Rumah kami pernah berdinding bata tanpa plester, plastik sebagai pengganti kaca jendela dan tanah sebagai lantai. Hanya satu ruang yang berlantai semen, that is satu kamar yang kami pakai bersama. Ruangan lainnya sangat sempurna untuk disebut apa adanya.. Tapi aku bahagia. Hari itu aku bersyukur karenanya, hari ini pun aku bersyukur atas semua hari yang tlah dan sedang dilalui ini, insyaAllah. Pernah suatu hari ada yang bertanya, "teh de, apa tidak apa-apa rumahnya masih seperti ini?" Sekian tahun rumah kami seperti ini tentu bahasa cinta orang memiliki banyak warna saat melafalkannya, bahkan ada yang bertanya, "teh de nggak malu?" MasyaAllah sungguh cinta, bahasanya tak selalu sama 😍. Sungguh saya tidak malu, saya merasa nyaman dan.. bersyukur atas nikmat rumah yang didalamnya kami bisa bersujud, berdzikir memuji Allah, mewujudkan benteng peradaban dari rumah. Lalu kemudian Allah titipkan rumah kami mulai bisa diplester biidznillah, plastik digantikan kaca, atap rumah tak lagi bolong dan kami tetap disini 💐🌹
Tidak ada komentar:
Posting Komentar