Jumat, 02 April 2021

Saat Teteh Positif Terpapar Virus Covid

Beberapa hari yang lalu tepatnya pada hari Selasa, 30 Maret 2021 saya mendapat kabar kalau ada Usradzah yang terpapar. Untuk memberi dukungan sekaligus konfirmasi kebenaran kabar, saya memutuskan mengirim pesan via wa. 

Ustadzah merespon dengan cepat, laa haula walaa quwwata illaa billahil 'aliyyil 'adziim, ternyata putri kami juga terpapar dan dinyatakan positif terkena virus corona. Duhai, hati ibu mana yang tidak bersedih mendapati buah hati yang jauh dari jangkauan sedang sakit? Saya pun sama sedihnya. Tapi saya ingin memilih sabar di kali pertama. Saya kaget dan tentu saja sedih, tapi tetap memilih untuk mengucap innalillah dan hamdallah di saat bersamaan. Berusaha membesarkan hati ustadzah kalau itu adalah ujian, cinta dan sekaligus anugerah dari Allah. 

Ya, bukankah segala sesuatu dalam hidup adalah kehendak Allah, dan semua yang dari Allah adalah yang terbaik sepahit apapun kabar itu?! 

Saya ingin memilih memeluk kesabaran dikali pertama ujian datang. 

Esoknya, airmata tetiba mengalir begitu saja, hati terasa diiris membayangkan kabar puteri kami terutama hatinya yang mungkin saja berduka karena sakit sedang kami tak bisa menjenguknya. 

Saya mulai tak bisa menyentuh makanan, terbayang dibenak bagaimana buah hati melewati kesedihannya. Ah, semua membuat hati ini tingnyaraut.. 

Pada hari Jum'at tanggal 2 April, Olin kami berteriak kecil, "ada video call tapi nggak tahu dari siapa, nomornya baru."

"Angkat saja dulu, de. Siapa tahu telpon penting!" Jawab saya sambil bertanya-tanya di dalam hati, siapa yang vcall jam ini. 

"Ummi ini teteh." De Olin teriak kegirangan.. Saya langsung bangkit berdiri mendekati de Olin yang sedang duduk di kasur dekat Abinya yang sedang tidur siang, Abi nya juga langsung bangun mendengar putrinya yang menelpon. 

Senang sekali melihat seperti apa keseluruhan dirinya hari itu, mendengar langsung kabarnya. 

Ada sesak, tadinya sempat panas tapi sekarang sudah tidak, batuk, lemas, hilang penciuman dan beberapa gejala lain. Alhamdulillah gejalanya tidak terlalu berat jadi cukup isolasi saja. 

Dia dan teman-temannya terlihat ceria. 
"Teteh hasil swabnya bagaimana?" Tanya saya. Saya tahu dia positif, tapi tetap saya tanyakan. 

"Positif, Mi."

"Bagaimana perasaan teteh saat mendapat kabar itu?"

"Kaget Mi."

Aduhai, bukankah benar dia akan kaget. Tapi bahkan kalau saya ada disanapun tetap saja tidak bisa meredakan resah dihatinya. Tak bisa memelui atau mengusap airmatanya. 

"Deudeuh teuing puteri ummi. Syafakillah nya shalihah, sing bingah supados enggal sehat deui. Mugia Allah kuatkan teteh dan semuanya disana." Agak mengharu biru momen vcall an hari itu, ada sedih dan senang yang campur aduk. 

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh