Sabtu, 14 Agustus 2021

Hanya Soal Pilihan, Kenapa harus Saling Mendebat?

Awal pagi sudah mulai sesak, langsung weh dibikin very happy dengan main badminton, jajap de Olin, beberes di depan rumah dan di rumah, nyuci dan membereskan lemari pakaian lalu lanjut menemani Abang yang mau di vaksin. 

Qodarullah sesak belum beranjak pergi, sekarang ditambah mual dan muntah juga meriang. Diingat-ingat lagi makanan yang masuk dan kabar fikiran dan ruhiah, biasanya ada kaitannya.. 

Allohummaghfirlii

"Teteh mau di vaksin juga?" Tanya bapak tempat kami memarkirkan motor. 

"Enggak pak, saya nggak boleh di vaksin."

"Lagi hamil ya teh?"

"Enggak pak,kondisi kesehatan nya tidak membolehkan." 

Saya sendiri memang tidak di vaksin begitupun anak-anak, tapi kalau ada yang mengatakan antivaks juga kurang tepat

Saya agak pemalas, malas berpikir soal anti atau pro. Saya hanya memilih dan tidak pernah membiarkan diri saya sendiri dibawah kendali aturan ideal orang lain ataupun larut dan ikut campur pilihan orang apalagi sampai memperdebatkannya. Jika dalam beragama saja laa ikraaha fiddiin dan lakum diinukum waliyadin, apalagi dalam hal seperti ini. 

Ini hanya soal pilihan

Abang sendiri di vaksin, itu tidak masalah bagi saya. Saya tidak memperdebatkannya ataupun menganggap itu salah.

Saya tahu beliau tidak memutuskan berdasar ikut-ikutan orang lain namun dengan pertimbangan akan maslahat maupun madhorotnya. 

Begitu juga dengan Abang, beliau menghargai saat saya memilih untuk tidak memberi vaksin pada anak-anak. Beliau tidak mendebat ataupun menyalahkan karena beliau tahu istrinya tidak mengambil sikap kecuali yakin dengan itu.

Dikemudian hari ketika anak-anak tumbuh besar dan sudah memasuki usia baligh mereka, saya membiarkan mereka membuat keputusansendiri apakah akan di vaksin atau tidak.Dan saya akan menerima apapun pilihannya, akan mendukung dan menghargainya.Bahkan meski mereka memilih di vaksin _padahal selama ini saya tidak di vaksin_ tak ada masalah dengan itu. 

Well, ini bukan tentang aqidah. 
Kalau ada yg mengatakan, "aqidahnya rusak tuh nganggap boleh di vaksin!"Wah berapa banyak atuh ulama yg di tunjuk, padahal siapa kita dibanding para ulama yg membolehkan

Usia 14 tahun sulung memilih di vaksin dengan pertimbangan menghindari madhorot yang lebih besar, di usia 14 tahun nomor 2 memilih tidak di vaksin karena nggak mau di suntik, di usia 14 tahun nomor 3 mengatakan takut suntik tapi tidak apa-apa kalau harus di vaksin. 

Nomor 4 masih 10 tahun, masih jadi 'bayi' kecil ummi 🤭

 Sekian sharing dan curhat ala-alanya _kegundahan saya akhir-akhir ini_ . 

Hari ini saya minum madu bee farm dari teh Rani untuk membantu memulihkan kembali kondisi. Jam 15.03 namun mata terasa berat, "Allohumma 'aafinii fii badanii!"

Semoga Allah Ridha atas tulisan dan niat yang terpatri. Semoga bermanfaat yaa sahabat fillah 💕🌹

Balananjeur, 12 Agustus 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh