Kamis, 02 September 2021

Sakit

Feel excited pisan atuh nya kalau pas bisa nglakuin ini itu tanpa 'terganggu' rasa sakit teh. MasyaAllah Alhamdulillah 'alaa kulli haal, sampai Kakang bilang, "Alhamdulillah, senang lihat Ummi lebih riang."

Dia tidak mengatakan senang melihat saya sehat karena biasanya kalimat itu agak sensitif buat saya dan dia menghindari untuk menjaga perasaan saya, katanya sih begitu 😍
MasyaAllah Alhamdulillah. 

Boleh nggak sih berbagi tips biar tetap happy saat sakit? 🤭
Boleh aja ya, soalnya meski di larang saya tetap bakalan nulis. See, i am so arogant. Sometimes 😅

And here are the tips.

1. Smile. Tubuh kita mungkin sakit, lebih sakit dari yang orang lihat atau bayangkan. Tapi janganlah sakit membuat senyum menguap dari wajah. Tersenyumlah karena Allah! 

2. Ikhlas. 
Ikhlas itu emang nggak bisa di raba, kita nggak pernah tahu kalau kita itu ikhlas atau tidak. Tapi kita tahu bahwa ikhlas memiliki jalannya, so mari ikuti jalannya dan biarkan Allah yang menilainya. 

3. Sabar. 
Sabar itu ada di kali pertama. Bukan meratap dulu atau ngeluh dulu lalu sabar kemudian, tapi keep sabar di saat pertama merasakam ada yang berbeda dengan tubuh kita.

Taditeh sampai tips ke-3 ya? Hmm and next.. 

4. Husnudzon. 
Ya, berprasangka baik terutama kepada Allah. Banyak ujian yang membuat manusia lengah hingga menafsirkan ujian sebagai bentuk kedzaliman. Tidak, Allah itu Maha Adil, Allah tidak pernah mendzalimi sedzalim apapun kita. Allah maha baik, semua darinya adalah hal yang baik termasuk sakit. Why? 
Dalam sakit ada banyak sekali ibrah, next saya tuliskan ibrah apa saja yang di dapat dari kondisi sakit. 

5. Optimis. 
Allah itu mencintai hambaNya yang optimis. "Biasanya sakit seperti ini usianya nggak bakalan lama." Atau, "aku nggak mungkin sembuh."
Dear, nyawa itu bukan di tangan penyakit, akhir usia itu tidak ada kaitannya dengan sakit atau tidak karena semua sudah ada jatahnya yang termaktub jauh hari sebelum kita lahir, di lauhul mahfudz. So, stop bilang, "aku nggak mungkin sembuh dan tidak mungkin bertahan lama."

Jadwal kematian kita itu bukan ranah kita, tugas kita hanya mempersiapkan diri untuk hari sesudah kematian. Sakit jadi saat yang tepat untuk mempersiapkan diri ya?

6. Lakukan yang terbaik sesuai kemampuan diri. 
Berhenti membandingkan kontribusi kita untuk ummat dengan orang lain apalagi membandingkan kehidupan secara keseluruhan. Allah memberi sesuatu sesuai kadarnya, qodarullah kita sakit, ilmu kita segini, jangan bicarakan ranah mana yang bisa kita masuki.. Selagi masih bisa berjuang, lakukanlah! 

Bisa menulis? Menulislah! 
Bisa mengajar! Mengajarlah! 
Lakukan apapun untuk tercapainya misi dakwah ilallah sesuai kemampuan kita. 

No excuse. Allah mencabut sehat dari tubuh tapi Allah tidak mencabut misi ilallah kita, kan? Jika tujuan kita karena Allah, kita tidak akan pernah berhenti sampai Allah yang membuat kita berhenti.. Mastatho'tum

7. Menulislah! 
Saya selalu percaya bahwa menulis bukan tentang kemampuan tapi tentang kemauan. Tidak apa-apa menuliskan sakit bahkan ritme sakit kita, ada yang terbantu dengan tulisanmu itu hingga ia bergumam lirih, "terima kasih, semoga Allah menyembuhkan sakitmu." Karena menyadari kalau dia tidak sendirian. 

Itu yang pernah saya rasakan saat membaca postingan seorang teman yang qodarullah di uji sakit kemudian beliau menuliskan sakitnya, berjuang dalam sakitnya, menerima sakitnya dengan tetap melakukan kebaikan dan perbaikan untuk peradaban ummat ini dan generasi, meski kemudian beliau meninggal saya tetap membaca tulisannya sebagai bagian jariyahnya. Beliau tetap fastabiqul khairaat dalam sakitnya, melaluu tulisan-tulisannya. 

Menulis juga mengurai resah yang pastinya singgah.

Menulis, menyiapkan warisan bagi peradaban. 

Emang menuliskan sakit bisa menjadi warisan peradaban? Tulis saja dulu! Toh kita nggak bakalan selamanya or terus-terusan menuliskan sakit, kan 😅

Jangan lupa untuk selalu berdo'a dan semakin dekat pada Allah! 
Ujian itu bisa memuliakan atau menghinakan, mulia karena semakin dekat dengan Allah dan hina karena membuat jarak yang jauh dengan Allah. 

Apa yang akan kita pilih? 

Berdoa dan dekat dengan Allah itu bukan saat di uji sakit tapi dalam setiap kondisi. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Hal ini tidaklah didapati kecuali pada diri seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Hal itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ

“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302)

Berikut saya sertakan hikmah dan beberapa kebaikan yang didapatkan dari kondisi sakit. 

1. Mendapat Ridha Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ،


فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ


“Sesungguhnya pahala yang besar diperoleh melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang rida (menerimanya) maka Allah akan meridainya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.” (HR. At Tirmidzi no. 2396)


2. Terhapusnya dosa dan di angkat derajatnya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571)

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً ، أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً

“Tidaklah seorang mukmin terkena duri dan lebih dari itu melainkan Allah akan mengangkat derajat dengannya atau dengannya dihapuskan kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari no. 5640 dan Muslim no. 2572)

3. Pahala yang tetap mengalir. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذَا مَرِضَ العَبْدُ، أوْ سَافَرَ، كُتِبَ له مِثْلُ ما كانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Apabila seorang hamba sakit atau sedang safar, maka Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.” (HR. Bukhari no. 2996)

4. Kecintaan Allah dan pahala tanpa batas jika bersabar

Sebagaimana firman-Nya,

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar.“. (QS. Ali Imran:146)


إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10).


Well, tips dan sharingnya bisa nambah tergantung mood nulis dan kesempatan buat nulis. Nah karena sekarang mau menemani de Olin mengerjakan tugas dulu jadi tipsnya cukup sekian dan terima kasih 🙏🏻❤❤❤

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naskah Muhasabah Wisuda Tahfidz