Jumat, 17 September 2021

Suatu Hari di Pulau Tak Bernama

Suatu hari di sebuah pulau bernama pulau tak bernama, hiduplah pohon dengan bunganya yang saaaangat cantik... Wanginya tercium hingga jauh ke pulau seberang dimana disana hidup raja yang dzalim dengan rakyatnya yang selalu tertindas dan menderita.

Sang raja dari pulau seberang berniat pergi menyebrangi lautan luas yang berombak besar untuk mengambil setangkai saja bunga dari pohon yang hidup di pulau bernama pulau tak bernama itu.

Sang raja mengumpulkan seluruh rakyat dan para pengawal serta para menterinya dan menyampaikan maksudnya untuk menyebrangi lautan dengan ombaknya yang bergulung-gulung itu demi mengambil setangkai bunga dari pohon yang entah namanya itu.
Tapi masalahnya, sang raja tidak mau mengambil resiko terjadinya sesuatu yang kurang menyenangkan semisal terbawa ombak atau terbawa arus air laut yang menurut cerita dari mulut ke mulut katanya saaaangat mengerikan.

Sang raja yang dzolim itu begidik sendiri membayangkan kalau-kalau ombak itu mengenai kapal yang nanti dia tumpangi, kemudian kapal yang tak kuat di terjang ombak itu terhempas membentur karang lalu duerrrrrr dia dan kapalnya berakhir seperti kapal Titanic yang beberapa hari lalu dia dengar dari tukang pijit yang memijit kakinya saat kram...

Sang raja mulai berfikir keras bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan bunga dari pulau tak bernama tanpa perlu repot-repot datang kesana, tanpa perlu menghadang resiko besar yang boleh jadi mengancam nyawa dan singgasananya yang dia dapat dengan penuh licik dan dzalim.

"Hahahaha.... Saya kan punya rakyat yang bisa saya perintah untuk mengambil bunga itu. Mereka itu bodoh dan penakut, tak ada yang akan berani menolak perintah raja seperti saya. Hahahaha..." fikiran jahatnya mulai bermonolog dalam dirinya, dia menutupi semua akses pintu masuk kebaikan dan membutakan mata hatinya untuk tidak mengayomi rakyat yang harusnya dia lindungi. Menurut dia, rakyatnya bodoh dan penakut, itulah yang selalu dia tanamkan ke dalam dirinya sendiri padahal justru dia sendiri yang bodoh dan penakut... Hhhh dia lupa kalau satu telunjuk menunjuk seseorang, maka empat jarinya yang lain menunjuk pada dirinya sendiri.

Dia terus bermonolog ria sambil tertawa sendiri disaksikan semua rakyatnya yang kebingungan, "ada apakah gerangan yang terjadi dengan Baginda raja? Mungkinkah dia sudah gila karena kekuasaannya yang mendzalimi?" semua orang berkasak-kusuk dengan berbagai kemungkinan akan rajanya yang mungkin saja telah gila.

"Diam. Kalian semua, diam!!!" raja terlihat murka dengan apa yang dia dengar. 

Dan saya ikut terdiam mendengar teriakan raja yang bergemuruh menggema seisi ruangan, eh seisi pulau yang saya sendiri juga tidak tahu nama pulaunya . Saya terdiam dan berhenti menulis sejenak untuk  memikirkan ending cerita ini mau di buat seperti apa. 

Catatan ini di tulis pada tanggal 15 Januari 2017, ditulis ulang hari ini jam 6.26 pagi, Sabtu, 18 September 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hhhh